Kamis, 25 Juni 2015

Konsep dasar Kewirausahaan



Mengapa semakin banyak dibutuhkan Wirausahawan Baru?
       Pengusaha Ciputra mengatakan akar musabab kemiskinan di Indonesia bukan semata akibat akses pendidikan. Hal itu hanya sebagian. Melainkan karena negara tidak menumbuh kembangkan entrepreneurship dan jiwa entrepreneur dengan baik pada masyarakatnya.

       Pendidikan Tinggi Indonesia lebih banyak menciptakan sarjana pencari kerja. Bukan pencipta lapangan kerja. Itu membuat masyarakat Indonesia terbiasa makan gaji sehingga tidak mandiri dan kreatif. Selama ini negara hanya mencetak begitu banyak sarjana yang hanya mengandalkan kemampuan akademisnya. Tetapi, tidak mampu menjadikan mereka lulusan yang.kreatif.

       Hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi perekonomian bangsa. Dengan banyaknya sarjana yang menjadi perkerja dibanding menciptakan lapangan pekerjaan.
Sehingga, membuat jumlah pengusaha di Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Padahal kemakmuran suatu negara dipengaruhi oleh jumlah pengusaha yang dimiliki oleh.negara.tersebut. 

       Menurut sosiolog Dr David McClelland dari Harvard dalam bukunya "The Achieving Society (Van Nostrand, 1961), suatu negara dapat mencapai kemakmuran jika 2% dari jumlah penduduknya menjadi pengusaha. Dengan demikian Indonesia membutuhkan 5 juta dari 230 juta.penduduknya.untuk.menjadi.pengusaha.

Namun, ternyata angka itu masih jauh dari harapan. Jumlah pengusaha Indonesia saat ini adalah sekitar 400.000 pengusaha. Dengan kata lain "hanya" 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia. Di samping itu, kebanyakan usaha yang ada di Indonesia masih bersifat mikro (UMKM) sehingga tidak memberikan peluang terbukanya lapangan pekerjaan yang besar.

       Pertanyaan besarnya adalah siapa yang bertanggung jawab dalam menumbuh kembangkan jiwa  entrepreneur di Indonesia.
Mungkin kita akan berteriak bahwa pemerintahlah yang bertanggung jawab dengan hal ini. Melalui kebijakan yang pro terhadap industri dalam negeri, pemudahan pendapatan kredit usaha, penurunan nilai suku bunga, serta mendorong sektor riil (industri manufaktur) sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia.

       Kebijakan di atas untuk mewujudkan dibutuhkan pasokan sumber daya manusia yang memiliki jiwa enterpreuner sebagai cikal bakal pengusaha. Di sinilah sebenaranya peran Kampus dalam menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Para sarjana pencipta lapangan pekerjaan.

       Sayangnya sampai saat ini perguruan tinggi belum mampu melaksanakan peran tersebut dengan baik. Terbukti dari hasil statistik BPS mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2009 mencapai 9.259.000 orang. Dari jumlah itu jumlah pengangguran dengan pendidikan universitas mencapai 626.600 orang, diploma sebesar 486.400 orang.

       Ada sekitar 1,1 juta penganggur terdidik dan jumlah ini akan terus membengkak setiap tahunnya. Semakin membengkaknya lulusan perguruan tinggi yang menganggur semakin menunjukkan bahwa ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas. 
      
       Penyebab tingginya jumlah sarjana yang mencari pekerja salah satunya adalah mindset yang masih menganggap bahwa setelah lulus hanya mencari kerja dengan ekspektasi bekerja di tempat yang bagus dan mendapatkan gaji yang besar. Tapi, realitas yang dihadapi tidak demikian. Karena, itu mindset setiap lulusan, orang tua, dan masyarakat mulai saat ini perlu diubah. Bahwa lulusan perguruan tinggi ke depan yang berhasil adalah mereka yang mampu menciptakan.lapangan.kerja.baru.Bukan.mencari.kerja.

       Selain itu kurikulum yang belum banyak memperkenalkan sisi entrepreneur. Karena entrepreneur sendiri masih dianggap bukan tujuan utama dari dunia pendidikan kita. Kesiapan memasuki dunia kerja lebih dikedepankan. Akibatnya tidak ada link and match antara dunia pendidikan dan dunia entrepreneur yang paling banyak kesempatannya. Dan, disinilah peran perguruan tinggi dalam mengubah mindset dan  menumbuh kembangkan jiwa entrepreneur.
        
       Semakin banyak orang yang memiliki jiwa enterpreneur akan mampu melahirkan banyak pengusaha. Semakin banyak pengusaha akan semakin banyak lapangan pekerjaan. Semakin banyaknya lapangan pekerjaan memudahkan rakyat memilih pekerjaan yang paling disukai dan cocok dengan keahliannya. Juga memilih perusahaan yang mampu memberikan pelayanan dan kesejahteraan.yang.terbaik.
      
       Pada akhirnya perguruan tinggilah yang bertanggung jawab menghasilkan manusia-manusia berjiwa enterpreuner yang siap menjawab seluruh tantangan zaman dan cinta pada tanah airnya.

       Program Wirausha Mandiri berangkat dari sebuah kesadaran bahwa Indoensia memerlukan para entrepreneur handal, tidak saja dalam jumlah tetapi juga kualitas. Kita butuh sebuah role model (panutan) yang bias menjadi inspirasi bagi kelahiran para wirausahawan baru

       Pada National Summit 23-30 Oktober 2009 yaqng diadakan pemerintah untuk mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan triple track strategy yakni pro gowth (pertumbuhan), pro job (lapangan kerja), dan pro poor(pengentasan kemiskinan ). Strategi tersebut menjadi inspirasi Bank Mandiri dalam mengembangkan program yang mendorong pemberdayaan kewirausahaan dan inovasi teknologi.
            Strategi tersebut menjadi inspirasi Bank Mandiri dalam mengembangkan program yang mendorong pemberdayaan kewirausahaan dan inovasi teknologi. Wirausaha Mandiri merupakan bagian dari program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dalam upaya berperan menumbuhkan kewirausahaan di Indonesia.
            Para mahasiswa dan generasi muda meripakan sasaran dari program Wirausaha Mandiri. Program ini ingin memfasilitasi perubahan minset kalangan muda menjadi seorang yang pandai melihat peluang, mau bekerja keras, berani mengambil resiko. Terus terang, Negara kita,  memerlukan ide-ide yang cepat diubah menjadi hal bermanfaat. Program Wirausaha Mandiri ditujukan kepada mahasiswa maupun alumni agar memperoleh ilmu mengenai wirausaha yang baik. Para peserta tidak saja dibekali pendidikan formal, tetapi juga diberikan simulasi praktek dalam menjalankan usaha.
Agar hasilnya terukur, program ini terbagi dalam lima hal utama yang terintegrasi yakni workshop wirausaha, beasiswa wirausaha, penghargaan wirausaha dan program pembinaan. Pada akhirnya, kami berharap para alumni program menjadi para pengusaha tangguh dan mandiri. Beasiswa wirausaha, penghargaan wirausaha dan program pembinaan. Pada akhirnya diharapkan para alumni program menjadi para pengusaha tangguh dan mandiri.



Sukses Membutuhkan Kerja Keras
Apa pun, jenis pekerjaan dan usaha kita, tanpa kerja keras tidak akan membuahkan hasil. Kerja keras akan menghantar Anda mencapai 85% keberhasilan, sedangkan kepandaian dan faktor-faktor lainnya hanyalah pendukung. Anda ingin sukses, maka bekerja keraslah !
Bila Anda ingin menjadi seorang pengusaha (wirausahawan) sukses, maka usaha atau bisnis apa pun akan dapat dilakukan dengan mudah apabila terlebih dahulu dibekali atau memiliki landasan yang kuat berupa pengalaman, pola pikir, kemampuan dan cara mengelola suatu usaha yang baik, serta motivasi yang kuat untuk menjadi pengusaha. Semakin sering berlatih atau mencoba melakukan sesuatu, maka semakin besar peluang untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, semakin sering kita mengasah diri untuk menjadi pengusaha, maka semakin besar peluang kita menjadi pengusaha sukses.
Menjadi wirausahawan sekarang ini, tidak hanya sekedar dapat memulai dan mendirikan suatu usaha begitu saja, melainkan dtuntut mampu mengarahkan usahanya pada keadaan yang terus menguntungkan dan memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan atau terus-menerus dibandingkan para pesaingnya. Oleh sebab itu, janganlah kita sekali-kali memulai bisnis dengan coba-coba tanpa memiliki arah dan tujuan yang jelas karena sering kali akibatnya akan sangat merugikan apabila terjadi kesalahan yang tidak diperhitungkan sebelumnya. Maka diperlukan suatu sikap yang mampu menghadapai setiap kemungkinan yang terjadi dalam menjalankan suatu usaha dengan berpegang pada keyakinan dan kemampuan individu yang handal. Jadi, wirausahawan membutuhkan kemauan dan tujuan yang jelas apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya.

Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu.
Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari segi etimologi (asal usul kata).Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/ 1995, dicantumkan bahwa:

a)     Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan.
b)     Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Jadi wirausaha itu mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan.

Kewirausahaan yang sering dikenal dengan sebutan entrepreneurship berasal dari Bahasa Perancis yang diterjemahkan secara harfiah adalah perantara, diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya atau mampu menggabungkan unsur kreativitas, tantangan, kerja keras dan kepuasan untuk mencapai prestasi maksimal .
Stoner, James: kewirausahaan adalah kemampuan mengambil faktor-faktor produksi-lahan kerja, tenaga kerja dan modal-menggunakannya untuk memproduksi barang atau jasa baru. Wirausahawan menyadari peluang yang tidak dilihat atau tidak dipedulikan oleh eksekutif bisnis lain.
Kewirausahaan berbeda dengan manajemen. Paul H. Wilken menjelaskan bahwa kewirausahaan mencakup upaya mengawali perubahan dalam produksi, sedangkan manajemen mencakup koordinasi proses produksi yang sudah berjalan.

Keuntungan Menjadi Wirausahaan
Apa keuntungan menjadi wirausahawan? Brad Sugar (pendiri Action International, 2007) menyatakan “Business just a game, so learn the rules, play smart, and have fun”. Jadi, wirausahawan adalah sebuah permainan, dimana kita harus tahu betul aturan main, lalu menjalankan usaha secara cerdik, dan akhirnya menikmati keuntungan. Beberapa peluang sebagai keuntungan yang memberikan dorongan kuat seseorang untuk berwirausaha adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai kebebasan mencapai tujuan yang dikehendaki
Kebebasan adalah sesuatu yang sangat bernilai bagi seseorang. Wirausaha memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk menentukan tujuannya sendiri.
2. Mempunyai kesempatan untuk menunjukkan kemamuan dan potensi diri secara penuh
Banyak orang menyadari bahwa menjadi pekerja itu terkadang sangat membosankan, tidak menantang, dan sangat tidak menarik. Namun, bagi wirausahawan hal tersebut tidak berlaku, bahkan bekerja dan bermain hampir tidak ada bedanya, sangat menyenangkan.
3. Memperoleh manfaat dan laba yang maksimal
Menjadi wirausahawan akan memiliki kebebasan untuk menentukan sendiri keuntungan atas investasinya. Meskipun uang bukan segalanya, laba dari usahanya merupakan faktor penting untuk memotivasi diri dalam mengembangkan usaha baru.
4. Terbuka kesempatan untuk melakukan perubahan
Menjadi karyawan tidak bebas dalam melakukan perubahan. Setiap perubahan haus atas persetujuan pimpinan dan pemilik. Apabila kita menjadi oengusaha, maka kita mempunyai kebebasan untuk mengubah kondisi oerusahaan sesuai dengan keinginan kita yang sudah dipikirkan dengan sangat matang dan risiko yang diperhitungkan dengan cermat.
5. Terbuka peluang untuk membantu masyarakat dalam menciptakan kesempatan kerja
Dengan mendirikan sebuah usaha, berarti wirausahawan memberikan manfaat pada masyarakat untuk mendapatkan kesempatan kerja dan membantu masyarakat dalam mendapatkan barang atau jasa yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka.
6. Terbuka peluang untuk berperan dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuanatas usaha mereka
Biasanya para pengusaha, dari yang masih kecil sekalipun sering kali mendapatkan peran strategis dalam kehidupan sosial kemasyarakatan di lingkungannya, mereka dihormati, dipercaya, bahkan mereka sangat dihargai karena hasil usaha mereka yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat atau lingkungannya

Ciri dan Sikap Wirausahaan
Wirausahawan yang sukses haruslah orang yang mampu melihat ke depan, berpikir dengan penuh perhitungan, serta mencari pilihan dari berbagai alternative masalah dan solusinya. Geoffrey G. Meredith (1996) mengemukakan ciri-ciri wirausahawan sebagai berikut:
1.   Percaya Diri
2.   Berorientasi pada Tugas dan Hasil
3.   Berani Mengambil Resiko
4.   Kepemimpinan
5.   Keorisinilan
6.   Berorientasi pada Masa Depan
Berdasarkan ciri-ciri kewirausahaan diatas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat dilihat dari kegiatannya sehari-hari sebagai berikut:
1.   Disiplin
2.   Komitmen Tinggi
3.   Jujur
4.   Kreatif dan Inovatif
5.   Mandiri
6.   Realistis

Membangun Kewirausahaan di Indonesia
Profil tenaga kerja Indonesia dikuasai oleh pekerja, sedangkan wirausahawan kurang dari seperlimanya. Apalagi mayoritas orang Indonesia ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Birokrasi pemerintah menjadi salah satu faktor yang mempersulit tumbuhnya wirausahawan di Indonesia. Semangat kewirausahaan harus dibangun berdasarkan asas pokok sebagai berikut:

1.               Kemauan kuat untuk berkarya (terutama dalam bidang ekonomi) dan semangat mandiri.
2.               Mampu membuat keputusan yang tepat dan berani mengambil risiko.
3.               Kreatif dan inovatif.
4.               Tekun, teliti dan produktif.
5.               Berkarya dengan semangat kebersamaan dan etika bisnis yang sehat.

Kerangka pengembangan kewirausahaan di Indonesia dapat dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut:
1.               Memperbaiki pendidikan kewirausahaan, yaitu sistem pendidikan kewirausahaan
            yang menyebar dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi dan melakukan
2.               Kerja sama dengan dunia industrI melalui kegiatan magang kewirausahaan.
3.               Menyediakan infrastruktur (prasarana) yang tidak terbatas hanya pada
            transportasi dan komunikasi, melainkan juga infrastruktur pendidikan, baik formal
            maupun nonformal.
4.               Menyediakan informasi seluas-luasnya bagi wirausahawan yang berada pada
            tahapan start-up melalui layanan internet.
5.               Membuka akses selebar-lebarnya dalam pendanaan terutama bagi UKM.
6.               Membuat program komunikasi dan inisiatif bagi kewirausahaan. Program
            program untuk member penyuluhan kewirausahaan melalui media massa diikuti
            oleh program insentif sebagai penghargaan.
7.               Menetapkan bidang-bidang yang mudah dimasuki oleh wirausawan baru
            (khusunya di bidang perdagangan dan kerajinan) serta mendorong
             wirausahawan yang sukses di bidang industri manufaktur.
       Membangun kewirausahaan di Indonesia dengan mengubah paradigma, lembaga pendidikan memberikan bekal keterampilan berwirausaha serta didukung oleh pemerintah. Pada akhirnya, keberhasilan bangsa Indonesia dalam menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan bergantung pada keberhasilan memberi kesadaran kepada lebih banyak orang agar tergerak hatinya untuk memilih kewirausahaan sebagai satu pilihan yang tepat dalam melakukan aktifitas kehidupannya.

 



 

Kalimat Efektif



KALIMAT EFEKTIF
8.1   Standar Kompetensi :
Setelah mempelajari topik ini, pembaca dapat memahami dan menggunakan kalimat efektif dengan baik dan benar  dalam mengungkapkan gagasan, informasi, pesan, baik lisan maupun tertulis.
8.2  Kompetensi Dasar :
(1)  Menjelaskan pengertian kalimat efektif
(2)  Menjelaskan ciri-ciri kalimat  efektif
(3)  Menjelaskan syarat-syarat kalimat efektif
(4)  Menjelaskan prinsip-prinsip kalimat efektif

8.3  Indikator
(1)  Mampu menjelaskan pengertian kalimat efektif
(2)  Mampu menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif
(3)  Mampu menjelaskan syarat-syarat kalimat efektif
(4)  Mampu menjelaskan dan menerapkan prinsip-prinsip kalimat efektif


8.4 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif merupakan kalaimat yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang ada dalam pikran penulis atau pembicara. Ramlan (1994:12) menyatakan kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Dalam berkomunikasi ,baik secara lisan maupun tertulis seseorang harus memerhatikan kalimat yang digunakannya. Artinya, saat berkomunikasi  harus memerhatikan apakah kalimat yang digunakankan itu tidak menimbulkan salah tafsir, sudahkan kalimat-kalimat kita memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik.
Penggunaan kaidah bahasa yang baik dalam berkomunikasi secara tertulis sangat penting. Artinya, dalam menulis penulis harus memerhatikan kalimat-kalimat yang ditulisnya sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat memahami maksud yang disampaikan penulis. Dengan kata lain, kalimat yang ditulis atau diucapkan hendaknya merupakan kalimat yang efektif. Pemakaian bahasa yang efektif terutama digunakan pada pemakaian bahasa secara resmi (Razak, 1985:56).
Kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian, kalimat menjadi jelas maknannya (Akhadiah, 2003:116). Kalimat yang jelas maknannya akan dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Pemakaian bahasa yang efektif terlihat dalam kalimat-kalimat yang efektif.
Perbincangan ihwal kalimat efektif menjadi sangat penting terutama karena tidak banyak orang yang benar-benar mengerti dan memahami ciri-ciri efektivitas kalimat itu, khususnya untuk kepentingan karang-mengarang atau tulis-menulis (Rahardi, 2010:92).  Keefektifan sebuah kalimat diukur dari sudut pandangan banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik perhatian pendengar atau pembaca (Alek, 2010:248)
Kalimat tidak boleh dipahami hanya sekadar bangunan kebahasaan yang minimal terdiri dari unsur subjek dan predikat. Juga kalimat tidak cukup dipahami hanya sebagai satuan kebahasaan terkecil yang dapat digunakan untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang utuh. Akan tetapi, lebih dari semuanya itu, sebuah kalimat harus dapat dipahami sebagai entitas kebahasaan yang mampu menimbulkan kembali gagasan atau ide yang ada dalam diri penulis, persis dengan ide atau gagasan yang dimiliki pembacanya (Rahardi, 2010:93).
Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur atau penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat pula (Finoza, 2010: 172). Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu sehingga pendengar/pembaca akan memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
8.5 Ciri-ciri Kalimat Efektif
Soedjito (1999: 1—8) mengemukakan bahwa kalimat efektif itu memiliki ciri-ciri, yaitu ciri gramatikal, pilihan kata, penalaran, dan keserasian.
8.5.1 Ciri Gramatikal
         Kalimat efektif harus  mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa. Contoh-contoh.
Tidak Gramatikal                                                                   
1)     Meskipun orang asing, dia pandai bicara bahasa Indonesia.
2)     Dia tidak nyuri  uang saya.
3)     Persoalan itu belum semuanya disadari oleh kita.
4)     Dia tidak ambil kue adiknya.
5)     Saya telah ketemu dia kemarin.
Gramatikal
1)     Meskipun orang asing, dia pandai berbicara bahasa Indonesia.
2)     Dia tidak mencuri uang saya.
3)     Persoalan itu belum semuanya kita sadari
4)     Dia tidak mengambil kue adiknya.
5)     Saya telah bertemu dengan dia kemarin.
8.5.2 Pilihan kata
         Pilihan kata (diksi) turut mendukung kalimat efektif. Untuk menyusun kalimat efektif harus dipilih kata-kata yang (a) tepat, (b) saksama (sesuai), dan (c) lazim. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1)     Dalam hal ini dapat (dibilang, dikatakan) bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.
2)     Adik sudah (dikasih, diberi) kue (sama, oleh) ibu.  
3)     Saya suka (menonton, memandang) layar tancap.
4)     Idul Fitri adalah hari (raya, besar, agung) umat Islam.
5)     Pelatihan-pelatihan itu sangat bermanfaat (untuk, bagi, guna, buat) para guru bahasa Indonesia.
6)     Dalam diri kita,  jiwa (leadership, kepemimpinan) harus dilandasi nilai-nilai moral pancasila.
8.5.2.1 Pemakaian kata tutur    
Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan. Kata-kata seperti : bilang, bikin, dikasih tahu, jumpa, bicara, beli, baca, dan sebaginya. Kata-kata tutur termasuk kata-kata yang tidak baku.
8.5.2.2  Pemakaian kata-kata bersinonim
Kata-kata yang bersinonim ada yang dapat saling menggantikan, ada pula yang tidak. Ada pula kata-kata yang bersinonim yang pemakainya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan. Contoh ( melihat, menonton, memandang), (raya, besar, agung), (meninggal, wafat, mati, gugur, mangkat, tewas). Dengan bentuk-bentuk kata bersinonim ini, kita harus bisa memilih secara cermat kata yang mana yang cocok dan tepat digunakan.

8.5.2.1 Pemakaian kata-kata yang bernilai rasa
Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya dipilih secara cermat agar keefektifan penutur dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Salah pilih terhadap kata-kata yang bernilai rasa dapat mengganggu pembaca.
8.5.3 Penalaran
Menguasai kaidah-kaidah bahasa dan pilihan kata (diksi) belum menentukan kalimat itu efektif. Keefektifan kalimat didukung pula oleh jalan pikiran yang logis.
8.5.4 Keserasian
Keserasian turut pula menentukan keefektifan suatu kalimat, yaitu serasi dengan pembicara atau penulis dan cocok dengan pendengar atau pembaca serta serasi dengan situasi dan kondisi saat bahasa itu digunakan.

8.6 Prinsip-prinsip Kalimat efektif
Bagi seorang penutur atau pembicara, ada sejumlah prinsip yang harus mereka kuasai ketika harus mengonstruksi tuturan efektif. Pada bagian berikut akan diuraikan prinisp-prinisp efektivitas kalimat itu akan disampaikan satu demi satu disertai contoh. Prinsip pertama yang harus dikuasai oleh seseorang agar dapat mengosntruksi kalimat yang efektif adalah bahwa kalimat itu harus disusun dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan kesepadanan struktur (Rahardi, 2010:93).
Akhadiah (1999: 116—117) mengemukakan bahwa untuk membuat kalimat efektif, seorang penulis harus memerhatikan ciri-ciri kalimat efektif, antara lain kesepadanan, kesejajaran bentuk, penekanan, kehematan, dan kevariasian dalam struktur kalimat.
Menurut arifin (2008:97) sebuah kalimat tergolong efektif  jika sedikitnya memenuhi tujuh syarat kalimat efektif, 1) kesepadanan struktur, 2) kesejajaran atau keparalelan, 3) ketegasan, 4) kehematan, 5)  kecermatan, 6) kepaduan, dan 7) kelogisan.  Syarat-syarat  tersebut diuraikan sebagai berikut .
1.     Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan adalah keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengkean struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu
a.      Kalimat harus memiliki subjek dan predikat yang jelas. Ketidakjelasan subjek dan predikat dalam kalimat dapat menjadikan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan jalan menghindari pemakaian preposisi (kata depan) seperti di, dalam, bagi, untuk, dan pada di depan subjek.
·       Bagi mahasiswa yang akan mengikuti ujian akhir hendaknya sudah melunasi semua biaya perkuliahan.
·       Untuk semua pengendara kendaraan  bermotor wajib  mengenakan helm.
            Kedua kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat ketidak jelasan unsur subjek yang didahului preposisi bagi dan untuk. Agar kalimat tersebut efektif unsur preposisi di depan subjek dihilangkan.
·       Mahasiswa yang akan mengikuti ujian akhir hendaknya sudah melunasi semua biaya perkuliahan.
·       Semua pengendara kendaraan bermotor wajib mengenakan helm.
b.     Kalimat tidak memiliki subjek yang ganda. Kalimat tunggal memiliki lebih dari satu subjek, menjadikan kalimat itu tidak efektif.
·       Pembangunan jembatan itu kami dibantu oleh penduduk setempat.
          Kalimat di atas tidak efektif  karena terdapat lebih dari satu subjek. Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan mengubah nomina pembangunan yang kedudukannya sebagai subjek menjadi verba dan didahului kata dalam sehingga berubah menjadi predikat dalam kalimat majemuk. Kalimat tersebut menjadi efektif sebagai berikut
·       Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh penduduk setempat.
·       Kami dibantu oleh penduduk setempat dalam membangun jembatan itu.
c.      Predikat kalimat tunggal tidak didahului oleh kata yang. Kata yang biasanya dipakai sebagai keterangan pewatas pada kalimat majemuk bertingkat.
·       Universits Mercu Buana yang beralamatkan Jalam Meruya Selatan, Jakarta Barat.
·       Harga BBM  yang sudah dinaikan.
                   Kedua kalimat di atas dapat diperbaiki dengan menanggalkan kata yang
·       Universitas Mercu Buana beralamatkan Jalan Meruya Selatan, Jakarta Barat.
·       Harga BBM sudah dinaikkan

2.     Keparalelan atau Kesejajaran

Yang dimaksud dengan keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam sebuah kalimat. Jika bentuk pertama menggunakan nomina bentuk selanjutnya menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan verba maka bentuk selanjutnya juga menggunakan verba. Perhatikan conto-contoh di bawah ini
·       Langkah-langkah tersebut adalah memahami, menghayati, dan pengamalan Pancasila.
·       Sesudah memahami dan menghayati, Pancasila harus diamalkan.
·       Pembangunan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah, memperluas lapangan kerja, dan perbaikan tarf hidup rakyat.
            Ketiga kalimat tersebut di atas menggunakan bentuk kata yang tidak sejajar. Perbaikan kalimat tersebut sebagai berikut.
·       Langkah-langkah tersebut adalah memahami, menghayati, dan mengamalkan Pancasila.
·       Sesudah dipahami dan  dihayati, Pancasila harus diamalkan.
·       Pembangunan transmigrasi diarahkan untuk mendukung pembangunan daerah, memperluas lapangan kerja, dan memperbaiki taraf hidup rakyat.
3.     Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan adalah memberi penekanan pada ide pokok kalimat. Kalimat efektif adalah kalimat yang ide pokoknya menonjol. Untuk memberi ketegasan dalam kalimat dapat dilakukan denagn cara-cara berikut ini.
a.      Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat
·       Buku itu sudah saya baca.
·       Saya sudah membaca buku itu.
·       Sudah saya baca buku itu.
b.     Membuat urutan kata secara bertahap
·       Pertemuan itu dihadiri oleh camat, lurah, gubernur, dan bupati.
·       Keluarga itu terdiri dari ibu, dua anak, dan ayah.
Kedua contoh kalimat tersebut sebaiknya sebagai berikut
·       Pertemuan itu dihadiri oleh gubernur, bupati, camat, dan lurah.
·       Keluarga itu terdisri dari ayah, ibu, dan dua anak.
c.      Menggunakan partikel –lah untuk memberi penekanan pada ide pokok.
·       Tolong keluarlah
·       Tolonglah keluar
·       Tolong bawalah
4.     Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, ungkapan, atau frasa yang dipandang tidak perlu. Kehematan bukan berarti harus menghilangkan kata-kata, ungkapan, atau frasa yang dapat memperjelas kalimat. Ada bebrapa cara yang dapt dilakukan  untuk memenuhi kehematan kalimat, yaitu sebagai berikut.
a.      Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
·       Saya tidak suka makan roti dan saya tidak suka makan ubi.
·       Karena dia tidak diundangan, dia tidak datang.
      Kalimat tersebut dapat diperbaiki dengan menghilangkan unsur kata yang sama.
·       Saya tidak suka makan roti dan ubi.
·       Karena tidak diundang, dia tidak datang.
b.     Menghindari kesinoniman dalam satu kalimat
·       Dia hanya memiliki satu mobil saja.
·       Ayah berolah raga agar supaya sehat.
·       Adik sejak dari kemarin belum pulang.
Ketiga kalimat di atas tidak efektif  karena ada dua kata yang bersinonim. Perbaikannya sebagai berikut.
·       Dia hanya memiliki satu mobil.
·       Dia memiliki satu mobil saja.
·       Ayah berolah raga agar sehat
·       Ayah berolah raga supaya sehat
·       Adik sejak kemarin belum pulang.
·       Adik dari kemarin belum pulang.
c.      Menghindari penjamaan kata-kata yang bermakna jamak.
·       Beberapa pedagang-pedangang kaki lima itu ditangkap petugas ketertiban kota.
·       Daftar nama-nama peserta pelatihan segera dikumpulkan.
·       Para hadirin sekalian dimohon berdiri.
·       Sekelompok mahasiswa-mahasiswa sedang berdiskusi.
Keempat contoh kalimat di atas tidak efektif  karena tiap-tiap kalimat ada bentuk pengulangan pada kata-kata yang bermakna jamak, yaitu beberapa, daftar, para, sekelompok. Perbaikan keempat kalimat di atas sebagai berikut.
·       Beberapa pedagang kaki lima itu ditangkap petugas ketertiban kota.
·       Pedagang-pedagang kaki lima itu ditangkap petugas ketertiban kota.
·       Daftar nama pesrta pelatihan segera dikumpulkan.
·       Nama-nama peserta pelatihan segera dikumpulkan.
·       Sekelompok mahasiswa sedang berdiskusi.
·       Mahasiswa-mahasiswa sedang berdiskusi.

5.     Kecermatan
Kecermatan kalimat efektif adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga kalimat yang dihasilkan tidak rancu dan bermakna ganda (ambigu). Lihat contoh-contoh berikut ini.
·       Direktur baru pergi ke Bali.
·       Barang-barang lama disimpan di gudang itu.
·       Tiga dosen PTS yang terkenal itu menerima penghargaan.
·       Saya melihat anak itu bingung.
          Keempat  contoh kalimat di atas tidak efektif karena bermakna ganda.
·       Direktur yang baru pergi ke Bali.
·       Barang-barang yang lama disimpan di gudang itu.
·       Tiga dosen dari PTS yang terkenal itu menerima penghargaan.
·       Tiga dosen yang terkenal dari PTS itu menerima penghargaan.
·       Saya melihat anak itu sedang bingung.
·       Saya bingung melihat anak itu.
6.     Kepaduan
Kepaduan adalah kepaduan pernyataan dalam sebuah kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
·       Masalah itu saya sudah selesaikan.
·       Mahasiswa mendiskusikan tentang masalah kemahasiswaan.
·       Dia melanggar daripada tata tertib itu.
          Ketiga kalimat di atas dapat diperbaiki sebagi berikut.
·       Masalah itu sudah saya selesaikan.
·       Mahasiswa mendiskusikan masalah kemahasiswaan.
·       Dia melanggar tata tertib itu.
7.     Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan dalam kalimat efektif adalah ide kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
·       Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah proposal penelitian ini tepat pada waktunya.
·       Acara  berikutnya adalah sambutan Rektor UMB. Waktu dan tempat saya persilahkan.
·       Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan.
·       Semua warga Desa Cibodas memenuhi undangan kepala desa, kecuali Bejo, Tarjo, dan Marno.
          Perbaikan kalimat di atas sebagai berikut.
·       Puji syukur kepada Tuhan karena proposal penelitian ini selesai tepat pada waktunya.
·       Acara berikutnya adalah sambutan Rektor Umb. Bapak Rektor, kami persilahkan.
·       Mereka beriringan mengantar jenazah ke kuburan.
·       Semua warga Desa Cibodas memenui undangan kepala desa.

8.7  Ringkasan
         Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuanuntuk menciptakan gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang ada pada pikiran penulis atau pembicara. Sebuah kalimat tergolong efektif  jika memiliki prinsip-prinsip kalimat efektif, yaitu:
1.     Kesepadanan
2.     Keparalelan
3.     Ketegasan
4.     Kehematan
5.     Kecermatan
6.     Kepaduan
7.     kelogisan