Kamis, 25 Juni 2015

Tata Paragraf


                                                                                             
 TATA PARAGRAF

10.1  Standar Kompetensi :
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menggunakan paragraf serta berbagai macam paragraf dan syarat-syarat pembentukan paragraf, letak kalimat utama dan pola pengembangan paragraf.

10.2  Kompetensi Dasar :
(1)      Mampu memahami kegunaan paragraf
(2)      Mampu memahami berbagai macam paragraf
(3)      Mampu memahami berbagai syarat pembentukan paragraf
(4)      Mampu menentukan letak kalimat utama
(5)      Mampu menentukan pola pengembangan paragraf

10.3 Indikator :
(1)      Mampu menjelaskan pengertian paragraf
(2)      Mampu menjelaskan kegunaan paragraf
(3)      Mampu menjelaskan berbagai macam paragraf
(4)      Mampu menjelaskan berbagai syarat pembentukan paragraf
(5)      Kemampuan menentukan letak kalimat utama dalam paragraf
(6)      Kemampuan menentukan pola pengembangan paragraf

 10.4 Pengertian Paragraf
               Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut.[1] Memang, sebuah paragraf dapat saja terdiri atas lebih dari empat atau lima kalimat, tiga buah kalimat, dua buah kalimat, bahkan sebuah kalimat. Kendatipun paragraf itu mengandung lebih dari empat atau lima buah kalimat, tidak akan ada satu kalimat pun yang membicarakan persoalan atau topik lain. Seluruh kalimat tersebut tentunya hanya akan membicarakan sebuah masalah yang bertalian erat dengan pokok bahasan/topik pada paragraf tersebut.
               Oleh karena itu, sebuah pikiran tidak cukup hanya dituangkan dalam sebuah kalimat, tetapi perlu juga untuk dikembangkan, sehingga jadilah kumpulan kalimat tersebut dengan paragraf. Paragraf merupakan unit keterampilan berbahasa pada taraf komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama mendukung satu kesatuan pikiran. Kesatuan pikiran ini dijewantahkan dalam pokok pikiran serta beberapa pikiran penjelas dan diaktualisasikan dalam kalimat pokok dan beberapa kalimat penjelas. Jadi, pada dasarnya, paragraf itu hanya terdiri atas dua hal, yaitu isi dan bentuk. Yang dimaksud isi ialah pikiran, sedangkan bentuk adalah kalimat-kalimat yang mendukung pikiran.[2] Dari segi isi, paragraf mensyaratkan adanya kesatuan pikiran, sedangkan dari segi bentuk mensyaratkan kepaduan.
               Pengertian di atas menyiratkan bahwa sebuah paragraf itu harus mengandung pertalian yang logis antarkalimatnya. Tidak akan ada satu pun kalimat di dalam sebuah paragraf yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok dalam sebuah paragraf sesungguhnya merupakan sebuah keharusan. Persis dengan sebuah kalimat yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan, sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pokok pikiran tersebut. Tanpa ide pokok tersebut, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat dianggap sebagai sebuah paragraf.[3] Dengan adanya pertautan yang terjadi antara kalimat satu dengan kalimat lainnya itu mengandaikan akan terjadinya kepaduan dan kesatuan yang membangun paragraf itu. Selain itu, untuk memberi kejelasan dan pengembangan, paragraf juga mensyaratkan adanya kelengkapan.
Dari segi penglihatan, paragraf biasanya tampak sebagai penggalan naskah teks karena biasanya baris pertama bertakuh atau berupa suatu unit yang dipisahkan dengan perbedaan spasi. Kalimat pertama bertakuk ke dalam sebanyak lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya, surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, seperti; makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Kemudian, paragraf menggunakan sebuah kalimat topik  dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi untuk menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik. Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat-kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik.[4] Jadi, paragraf sebenarnya bukanlah sekumpulan kalimat topik, melainkan paragraf itu hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
10.5 Kegunaan Paragraf
               Dalam karangan yang panjang, paragraf mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf tersebut, pengarang dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap, menyatu, dan sempurna, sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai dengan keinginan penulisnya. Lebih jauh daripada itu, paragraf dapat mendinamiskan sebuah karangan, sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan energik, sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf mempunyai fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.[5] Untuk itu, agar paragraf memiliki fungsi startegis, berikut kegunaan paragraf, yaitu; (1) dapat mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan, kemudian (2) dapat menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran, (3) paragraf juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya, dan (4) memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, serta (5) dapat memudahkan pengendalian variabel terutama  karangan yang terdiri atas beberapa variabel.[6]
               Karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, masing-masing berisi pikiran-pikiran utama dan diikuti oleh sub-subpikiran penjelas, sebuah paragraf belum cukup untuk mewujudkan keseluruhan karangan. Meskipun begitu, sebuah paragraf merupakan satu sajian informasi yang utuh. Adakalanya sebuah paragraf terdiri hanya satu paragraf karena karangan itu hanya berisi satu pikiran. Untuk mewujudkan suatu kesatuan pikiran, sebuah paragraf yang terdiri dari  satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang dapat dipolakan sebagai berikut; pikiran utama, beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas atau pikiran pendukung.[7] Pikiran-pikiran pengembang dapat dibedakan kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan pikiranpenjelas.
               Sebuah pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran pendukung, dan tiap pikiran pendukung akan dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Sebuah paragraf terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat pengembang. Kalimat utama menyampaikan pikiran utama, dan kalimat penjelas menyampaikan pikiran penjelas. Salah satu cara untuk merangkai kalimat-kalimat yang membangun paragraf itu ialah menempatkan kalimat utama pada awal paragraf yang kemudian disusul dengan kalimat-kalimat pengembangnya.[8] Hal tersebut dapat kita lakukan, tentunya, setelah kita memberikan pengembangan yang memadai, yang kemudian ditutup dengan kesimpulan.               
10.6 Macam-macam Paragraf
               Macam paragraf memang banyak ragamnya. Untuk membedakan antara yang satu dengan lainnya, pembagian macam paragraf dapat dikelompokkan. Menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam, yaitu; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi, dan menurut fungsinya dalam sebuah karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup.[9] Karangan atau tulisan minimal dalam bidang apa pun, hampir selalu memiliki konstruksi tiga paragraf demikian ini. Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf demikian ini juga berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik bila memiliki kualifikasi yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang tekah disebutkan di awal tersebut. Sebuah karya ilmiah, baik populer maupun akademik yang berlaku universal itu, juga mengikuti prinsip penjenisan paragraf seperti yang disampaikan di depan tadi. Esai ilmiah yang ditulis untuk sebuah media massa mungkin wujudnya seperti kolom, catatan, opini, feature, atau yang lainnya, juga dipastikan akan setia dengan penjenisan paragraf yang sedemikian tersebut.[10] Jadi, dengan model pembagian seperti tersebut di atas, sebuah paragraf akan dapat dideteksi, misalnya, sebuah paragraf dapat saja disebut induktif dari segi posisi kalimat topiknya, disebut eksposisi dari segi isinya, dan disebut alinea pembuka dari segi fungsinya dalam karangan.
               Macam paragraf menurut fungsinya dalam sebuah karangan, terdiri atas; (1) paragraf pembuka yaitu paragraf pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian.[11] Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Atau dapat juga dengan cara memulai tulisan dengan peribahasa atau anekdot, dapat juga dengan cara membatasi arti dari pokok atau subjek tulisan, dan menunjukkan betapa pentingnya subjek tulisan, membuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat, menciptakan suatu kontras yang menarik, mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit, menyatakan maksud dan tujuan tulisan, memulai tulisan dengan pertanyaan. (2) Paragraf pengembang atau paragraf penghubung adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dengan paragraf yang terakhir di dalam bab atau anak bab.[12] Paragraf ini membicarakan pokok penulisan yang dirancang. Paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan dikemukakan. Oleh karenanya, antara paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf dapat dikembangkan dengan beragam pola paragraf. Fungsi utama paragraf pengembang adalah selain untuk mengemukakan inti persoalan sebagaimana yang telah diungkapkan pada kalimat sebelumnya, juga dapat untuk memberikan ilustrasi atau contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya, atau meringkas paragraf sebelumnya, serta mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.[13] Paragraf juga dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, atau dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau dengan cara argumentatif. (3) Paragraf penutup merupakan paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.[14] Mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya diharapkan memperhatikan hal-hal berikut ini; sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang, kemudian, isi paragraf harus berupa simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian, dan sebagai bagian yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca.[15] Jadi, karena paragraf penutu hanya terdapat di akhir sebuah teks, isinya dapat berupa kesimpulan dari paragraf pengembang atau dapat juga berupa penegasan kembali tentang hal-hal yang dianggap penting dari paragraf pengembang.
Macam paragraf menurut sifat isinya/teknik pemaparannya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi. Pembedaan seperti tersebut tentunya bergantung pada maksud penulisnya dan tuntutan konteks serta sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya sudah cukup beralasan karena di awal sudah dinyatakan bahwa pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga. Walaupun karangan yang berbentuk satu alinea merupakan karangan sederhana, prinsip penulisannya sama dengan karangan kompleks, sama-sama mempunyai topik, pendahuluan, uraian, dan penutup.[16] Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian berikut ini;
Paragraf deskripsi merupakan paragraf yang melukiskan atau memerikan sesuatu. Artinya, paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap oleh pancaindra,[17] contoh:
Pasar Tanah Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis buah-buahan. Pada bagian belakang, dapat kita temukan berpuluh-puluh pedagang daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua, dan tiga.

Paragraf ekspositoris/eksposisi, yaitu yang disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis kronologis/keruangan.[18] Atau singkatnya, ini merupakan paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian tertentu, contoh;
Pasar Tanah Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.

Paragraf argumentasi merupakan paragraf yang membahas suatu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung. Paragraf ini sebenarnya juga dapat dimasukkan ke paragraf ekspositoris, selain itu, paragraf argumentasi disebut juga paragraf persuasi. Paragraf ini lebih bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya, paragraf ini menggunakan pekembangan analisis.[19], contoh:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman dinaiki?
Paragraf naratif atau karangan naratif /narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh karena itu, sebuah karangan narasi atau paragraf narasi biasanya hanya ditemukan dalam buku harian, novel, cerpen, atau hikayat.[20] Jadi, paragraf naratif/narasi merupakan paragraf yang menuturkan peristiwa/keadaan dalam bentuk cerita/kisahan, contoh;
Wandasti Navely dilahirkan pada hari Sabtu Legi, tanggal 14 Maret 2009, pukul 13.40 WIB di Klinik Mugi Rahardjo, Kepa Duri, Jakarta Barat. Saat ini usianya sudah tiga tahun empat bulan. Dia memiliki banyak teman. Dia bersekolah di PAUD Melati Kemanggisan, Jakarta Barat. Setiap pagi, ketika akan berangkat ke sekolah, dia selalu diantar oleh ayah dan ibunya. Banyak sekali acara ulang tahun di sekolahnya itu. Selama bersekolah, Wandasti sudah pergi piknik sebanyak dua kali. Yang pertama mengunjungi Kolam Renang Marcopollo di Bogor, pada hari Rabu, 18 April 2012, dan yang kedua ke Ancol, pada hari Rabu, 13 Juni 2012. Wandasti merupakan nama yang berupa akronim dari “wanita dambaan setiap insan” dan Navely yang berasal dari bahasa Rusia yaitu nasha vechnaya lyubov yang dalam bahasa Indonesia adalah “cinta abadi kami”. Ini sebagai tanda bahwa seorang anak merupakan perlambang keabadian cinta kasih kedua orang tuanya. Sejak usia 18 bulan, Wandasti sudah memiliki alamat e-mail dan facebook, yaitu wandasti_navely_2009@yahoo.co.id. Para orang tua siswa di sekolah tersebut ternyata saling berkirim kabar melalui jejaring sosial tersebut.  
Paragraf persuasif/persuasi yaitu alinea yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.[21]
WAP (Wireless Application Protocol) adalah aplikasi yang mewujudkan impian mengakses dunia informasi dan layanan terkini langsung dari ponsel Anda layaknya akses internet. Dengan Ericcson R320S, salah satu ponsel pertama yang dilengkapi dengan WAP, Anda dengan cepat dapat mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP. Semuanya dapat dilakukan dari telapak tangan Anda. Dengan dilengkapi fitur-fitur inovatif, dapat dikatakan ponsel tipis yang memiliki berat 95 gr ini adalah sebuah kantor di dalam kantong Anda.
Paragraf persuasi banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama advertorial yang dewasa ini marak mengisi lembaran koran dan majalah. Paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya digunakan dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Berita di dalam surat kabar sebagian besar memakai alinea ekpsosisi. Paragraf narasi sering dipakai dalam karangan fiksi atau nonilmiah seperti novel dan cerpen, termasuk buku harian. Paragraf narasi tidak dipantang digunakan dalam karangan ilmiah, misalnya, jika ada bagian karangan yang perlu disajikan dengan gaya bercerita.
10.7  Syarat-syarat Pembentukan Paragraf                                                                                                                       
Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Untuk itu akan diuraikan ketiga hal tersebut; (1) Kesatuan, paragraf hanya berisi satu ide pokok yang dalam pengungkapannya harus didukung oleh kalimat-kalimat, baik sebagai kalimat utama maupun sebagai kalimat penjelas. Oleh sebab itu, semua kalimat yang diungkapkan dalam paragraf merupakan jalinan yang membentuk ide pokok tersebut. Tidak boleh ada satu kalimat yang tidak mendukung ide pokok.[22] Kesatuan di sini juga bukan berarti ia hanya memuat satu hal. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf itu.[23] Karena fungsi paragraf untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Contoh paragraf dengan kesatuan pikiran;
1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. 2) Dengan kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. 3) Kondisi kebebasan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dan siswa termotivasi untuk berkembang. 4) Siswa belajar dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif. 5) Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah dan lingkungannya. 6) Kreativitasnya menjadi tidak terbendung.
Paragraf (6 – 2) dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama yaitu kebebasan berekspresi (kalimat 1).[24] Kalimat ke-2 membahas dampak pikiran pada kalimat 1 siswa dapat belajar sesuai dengan basis kompetensinya. Kalimat ke-3 siswa belajar penuh gairah sebagai dampak pikiran kalimat ke-2. Kalimat ke-4 berisi siswa menjadi kreatif sebagai dampak pikiran kalimat ke-3. Kalimat ke-5 berisi siswa belajar secara sinergis teori dan praktik sebagai dampak pikiran kalimat ke-4. Kalimat ke-6 yaitu kreativitas siswa tidak terbendung sebagai dampak pikiran kalimat ke-5.
Kemudian, (2) kepaduan, bahwa paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain tidak berhubungan. Paragraf dibangun oleh kalimat-kalimat yang saling mendukung satu sama lain secara timbal balik. Agar hubungan tampak mesra dan kompak, kalimat-kalimat harus dipadukan/disetailkan. Jadi, kepaduan menitikberatkan pada hubungan antara kalimat yang satu dengan lainnya.[25] Maka, kepaduan tersebut diwujudkan dalam pertautan antarkalimat yang dikenal dengan sebutan paragraf. Istilah lain dari kepaduan paragraf adalah koherensi. Kepaduan yang baik apabila kalimat-kalimat yang membina paragraf tersebut baik dan wajar, sehingga mudah dipahami pembaca. Pembaca dapat dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Jadi, perpautan (koherensi) membuat karangan terpadu, konsisten, dan terpahami. Perpautan tersebut akan dapat dicapai bila ada jalinan dan ada peralihan yang jelas di antara kalimat dan perenggangan.[26]  Namun, ada pula kejadian yang berbeda dari perpautan, yang satu mengenai hubungan antarkalimat menurut nalar, sedangkan yang lainnya menyangkut pengungkapan hubungan itu secara verbal.
Banyak orang Wionogiri pergi ke Jakarta (karena) kota itu disangka orang tempat yang dengan mudah menyediakan mata pencaharian. (Tetapi), kenyataannya tidak seperti yang diimpikan orang.
Kepaduan paragraf dapat terjalin jika menggunakan repetisi, kata ganti, dan kata transisi.[27] Berikut adalah contoh paragraf yang memiliki kepaduan dengan menggunakan repetisi;
Pada dasarnya, paru-paru membersihkan dirinya sendiri secara teratur untuk menjaga agar pernafasan tetap berlangsung efisien. Dalam hal ini dinding paru-paru dilapisi oleh sel lendir yang berfungsi menangkap zat-zat asing yang terhirup maupun virus, yang kemudian oleh bulu-bulu halus zat-zat tersebut didorong keluar oleh paru-paru. Di sini batuk berperan membersihkan paru-paru dari zat-zat tidak diperlukan tersebut, sehingga merupakan mekanisme perlindungan.
Berikutnya, (3) kelengkapan paragraf, bahwa paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Namun, sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.[28]
10.8  Letak Kalimat Utama

               Untuk memenuhi syarat kesatuan, sebuah paragraf hanya memiliki satu ide pokok. Ide pokok tersebut diwujudkan dalam bentuk kalimat utama. Sebuah paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya digolongkan menjadi (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran, dan (4) paragraf deskriptif/naratif. [29] Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut;

Paragraf deduksi dimulai dengan pernyataan tentang kalimat pokok berupa kesimpulan, kemudian disusul dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut,[30] atau dengan kata lain dari pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus, contoh;

Kosakata memegang peranan dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya dalam karang-mengarang. Jumlah kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang pengetahuan seseorang. Di samping itu, jumlah kosakata yang dikuasai seseorang, juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep. Semakin banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya. Dengan demikian seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.

Paragraf induktif merupakan kebalikan dari paragraf deduktif. Paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat penjelas. Kemudian diikuti oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat induktif, dari hal-hal yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum,[31] contoh;

Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah. Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat atau pun di antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa daerah itu. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya melaju terus dengan cepat.   

Paragraf campuran merupakan paragraf yang letak kalimat utamanya berkombinasi dengan bagian awal paragraf (deduksi) dengan bagian akhir paragraf (induksi). Ide pokok mula-mula dituangkan pada awal paragraf kemudian ditegaskan kembali pada akhir paragraf. Kalimat utama paragraf campuran berarti ada dua kalimat. Kalimat-kalimat penjelas terletak pada kalimat kedua hingga menjelang dituangkannya kalimat utama yang berada pada akhir paragraf,[32] contoh;

Dunia manusia dihadapkan pada serentetan isi yang amat pelik. Rentetan isu tersebut yakni pengadaan pangan bagi penduduk dunia yang terus bertambah, masalah kesempatan kerja, masalah pendidikan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah-masalah ini akan terus berkembang seirama dengan perkembangan zaman. Rentetan isu tersebut muncul di sana-sini, pada waktu dan tempat yang berlainan.

Atau dengan kata lain bahwa paragraf campuran meletakkan kalimat pokok/kalimat utama di awal paragraf dan di akhir paragraf. Pengulangan tersebut juga bertujuan untuk menegaskan kembali kalimat utama/kalimat pokok, [33] contoh;
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup. Petani yang berpendidikan cukup dapat mengubah sistem pertanian tradisional, misalnya bercocok tanam hanya memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu memberikan umpan balik yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan sangat mendesak.

Paragraf deskriptif/naratif, yaitu paragraf yang juga sering disebut dengan paragraf tanpa kalimat topik, yaitu paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat yang kadang-kadang menyajikan pikiran-pikiran yang setara, tidak ada pikiran yang lebih utama dari lainnya. Paragraf yang demikian menyajikan kalimat-kalimat yang sama kedudukannya. Paragraf ini tidak memiliki pikiran utama dan pikiran penjelas, juga tidak memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas. Semua pikiran dan kalimat sama kedudukannya,[34] contoh;

Pukul 07.00 Wandasti Navely sudah berada di kampus. Ia duduk sejenak di taman kampus sambil tetap menggendong tas kuliahnya. Tidak terdengar suaranya. Lima menit kemudian, tiga temannya telah datang di tempat yang sama. Masing-masing membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku dan alat tulisnya. Suasana sunyi. Lima menit kemudian mereka bersuara amat gaduh. Mereka berdebat amat serius. Entah apa yang mereka perdebatkan. Sepuluh menit kemudian suasana kembali sunyi. Mereka semuanya membaca dan menulis. Tiga puluh menit kemudian salah seorang membacakan hasil akhir mereka. Setelah itu, mereka kembali berdiskusi dan seorang dari mereka membacakan kembali hasil diskusinya. Terdengar sayup-sayup, mereka berucap alhamdulillah tugas kelompok selesai.

Paragraf di atas tidak menunjukkan adanya kalimat topik. Namun, keberadaan gagasan utama dapat dirasakan oleh pembaca, yaitu diskusi tugas kelompok mahasiswa. Paragraf yang tanpa kalimat topik ini biasanya juga mengungkapkan proses yang disusun berdasarkan urutan waktu. Paragraf ini jarang memiliki kalimat pokok atau kalimat utama yang bersifat umum,[35] contoh;

Ada saatnya orang menutup mata dan mencoba meraba-raba jalan dalam kamar hendak mengetahui bagaimana rasanya menjadi orang buta. Tidak banyak orang yang sanggup meneruskan eksperimen itu terlalu lama. Perasaan tidak enak muncul dengan tiba-tiba; dorongan dan kebutuhan yang kuat untuk melihat kembali terasa sangat mendesak dan dengan membuka matanya, sesuatu yang lebih dari penglihatan pulih kembali, ia berhubungan dengan dunia.

               Paragraf yang tidak memiliki kalimat utama/kalimat topik, pada hakikatnya, kalimat utama/kalimat topiknya menyebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf tersebut.

10.9  Pola Pengembangan Paragraf

               Pikiran utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam satu kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaliknya sebuah pikiran penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.[36] Inilah yang dinamakan kerangka paragraf. Kerangka paragraf dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Contoh kerangka paragraf;
Pikiran utama                    : Keindahan alam yang mengecewakan
Pikiran penjelas  : - Manusia telah mengubah segala-galanya
-   Hutan, sawah, dan ladang tergusur
-   Pohon sudah tidak ada
-   Pagar bunga telah berganti
-   Pembangunan gedung-gedung mewah
Paragraf harus diuraikan dan dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan ilmiah bisa megambil salah satu model pengembangan atau bisa pula mengombinasikan beberapa model sekaligus.[37]

Pertentangan
Paragraf yang dikembangkan dengan pertentangan, biasanya kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf tersebut menggunakan ungkapan seperti; berbeda dari, bertentangan dari, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari. [38]

Alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang akan membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam satu ruang. Adapun urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan terjadinya peristiwa, perbuatan, atau tindakan.[39]

Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu yang masih baru, sesuatu yang belum banyak dipahami publik.[40]

Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. [41]


Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat dilakukan  jika menerangkan suatu kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang digunakan yaitul; padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.[42]

Klimaks-Antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan pola klimaks, yaitu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan pengembang yang dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur diikuti gagasan-gagasan lain sampai kepada gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau kepentingannya. Variasi dari pola klimaks adalah antiklimaks. Pada pola ini penulis mulai dari suatu gagasan atau topik yang dianggap paling tinggi kedudukannya kemudian perlahan-lahan menurun pada gagasan-gagasan yang lebih rendah sampai paling rendah.[43]

Komparatif  dan Kontrastif
Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan itu bisa cirinya, karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Nah, pembandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaannya untuk mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut dengan model pengembangan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat disebut dengan perbandingan kontrastif.[44]

Contoh-contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrasi selalu ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.[45]


Definisi Luas
Definisi adalah uraian pengertian. Definisi dapat berupa sinonim kata, definisi formal berupa kalimat, dan definisi luas yaitu uraian pengertian yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu paragraf. Artinya, ada definisi yang lebih luas yang terdiri dari beberapa paragraf, bahkan lebih panjang lagi, misalnya, satu bab.[46]

Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses apabila isi paragraf menguraikan suatu proses. Proses merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila urutan atau tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin, misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.[47]

Sudut Pandang
Yang dimaksud dengan sudut pandang adalah tempat dari mana seorang penulis melihat sesuatu. Bagaimana seorang penulis mengambil suatu posisi tertentu. Bisa pula bagaimana tanggapan atau tanggapan penulis terhadap subjek yang tengah ditulisnya.[48]

10.10  Ringkasan
Paragraf merupakan seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Kegunaan paragraf, yaitu; (1) dapat mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan, kemudian (2) dapat menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran, (3) paragraf juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya, dan (4) memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, serta (5) dapat memudahkan pengendalian variabel terutama  karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
Macam paragraf menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam, yaitu; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi, dan menurut fungsinya dalam sebuah karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup. Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik dibutuhkan kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Sebuah paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya digolongkan menjadi (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran, dan (4) paragraf deskriptif/naratif.
Pola pengembangan paragraf terdiri dari (1) pertentangan, (2) alamiah, (3) analogi, (4) klasifikasi, (5) sebab-akibat, (6) klimaks-antiklimaks, (7) komparatif  dan kontrastif, (8) contoh-contoh, (9) definisi luas, dan (10) proses, serta (11) sudut pandang.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar