TATA PARAGRAF
10.1 Standar
Kompetensi :
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan menggunakan paragraf serta berbagai macam paragraf dan
syarat-syarat pembentukan paragraf, letak kalimat utama dan pola pengembangan
paragraf.
10.2
Kompetensi Dasar :
(1)
Mampu memahami kegunaan
paragraf
(2)
Mampu memahami berbagai macam
paragraf
(3)
Mampu memahami berbagai syarat
pembentukan paragraf
(4)
Mampu menentukan letak kalimat
utama
(5)
Mampu menentukan pola
pengembangan paragraf
10.3
Indikator :
(1)
Mampu menjelaskan pengertian paragraf
(2)
Mampu menjelaskan kegunaan paragraf
(3)
Mampu menjelaskan berbagai
macam paragraf
(4)
Mampu
menjelaskan berbagai syarat pembentukan paragraf
(5)
Kemampuan
menentukan letak kalimat utama dalam paragraf
(6)
Kemampuan menentukan pola
pengembangan paragraf
10.4
Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan seperangkat kalimat
yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf
memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk
gagasan atau topik tersebut.[1] Memang, sebuah paragraf dapat saja
terdiri atas lebih dari empat atau lima kalimat, tiga buah kalimat, dua buah
kalimat, bahkan sebuah kalimat. Kendatipun paragraf itu mengandung lebih dari
empat atau lima buah kalimat, tidak akan ada satu kalimat pun yang membicarakan
persoalan atau topik lain. Seluruh kalimat tersebut tentunya hanya akan
membicarakan sebuah masalah yang bertalian erat dengan pokok bahasan/topik pada
paragraf tersebut.
Oleh
karena itu, sebuah pikiran tidak cukup hanya dituangkan dalam sebuah kalimat,
tetapi perlu juga untuk dikembangkan, sehingga jadilah kumpulan kalimat
tersebut dengan paragraf. Paragraf merupakan unit keterampilan berbahasa pada
taraf komposisi, yaitu kumpulan beberapa kalimat yang secara bersama-sama
mendukung satu kesatuan pikiran. Kesatuan pikiran ini dijewantahkan dalam pokok
pikiran serta beberapa pikiran penjelas dan diaktualisasikan dalam kalimat
pokok dan beberapa kalimat penjelas. Jadi, pada dasarnya, paragraf itu hanya
terdiri atas dua hal, yaitu isi dan bentuk. Yang dimaksud isi ialah pikiran,
sedangkan bentuk adalah kalimat-kalimat yang mendukung pikiran.[2] Dari segi isi, paragraf mensyaratkan
adanya kesatuan pikiran, sedangkan dari segi bentuk mensyaratkan kepaduan.
Pengertian
di atas menyiratkan bahwa sebuah paragraf itu harus mengandung pertalian yang
logis antarkalimatnya. Tidak akan ada satu pun kalimat di dalam sebuah paragraf
yang tidak bertautan, apalagi tidak bertautan dengan ide pokoknya. Ide pokok
dalam sebuah paragraf sesungguhnya merupakan sebuah keharusan. Persis dengan
sebuah kalimat yang dituntut memiliki pesan pokok yang harus disampaikan,
sebuah paragraf juga mutlak harus memiliki ide utama atau pokok pikiran
tersebut. Tanpa ide pokok tersebut, sebuah kumpulan kalimat tidak dapat
dianggap sebagai sebuah paragraf.[3] Dengan adanya pertautan yang terjadi
antara kalimat satu dengan kalimat lainnya itu mengandaikan akan terjadinya
kepaduan dan kesatuan yang membangun paragraf itu. Selain itu, untuk memberi
kejelasan dan pengembangan, paragraf juga mensyaratkan adanya kelengkapan.
Dari segi penglihatan,
paragraf biasanya tampak sebagai penggalan naskah teks karena biasanya baris
pertama bertakuh atau berupa suatu unit yang dipisahkan dengan perbedaan spasi.
Kalimat pertama bertakuk ke dalam sebanyak lima ketukan spasi untuk jenis
karangan biasa, misalnya, surat, dan delapan ketukan untuk jenis karangan
ilmiah formal, seperti; makalah, skripsi, tesis, dan disertasi. Kemudian,
paragraf menggunakan sebuah kalimat topik
dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi untuk
menjelaskan, menguraikan, atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat
topik. Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat
penjelas. Kalimat-kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik.[4] Jadi, paragraf sebenarnya bukanlah
sekumpulan kalimat topik, melainkan paragraf itu hanya berisi satu kalimat
topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang
sangat spesifik, dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.
10.5 Kegunaan Paragraf
Dalam karangan yang panjang, paragraf
mempunyai arti dan fungsi yang penting. Dengan paragraf tersebut, pengarang
dapat mengekspresikan keseluruhan gagasan secara utuh, runtut, lengkap,
menyatu, dan sempurna, sehingga bermakna dan dapat dipahami oleh pembaca sesuai
dengan keinginan penulisnya. Lebih jauh daripada itu, paragraf dapat
mendinamiskan sebuah karangan, sehingga menjadi lebih hidup, dinamis, dan
energik, sehingga pembaca menjadi penuh semangat. Artinya, paragraf mempunyai
fungsi strategis dalam menjembatani gagasan penulis dan pembacanya.[5] Untuk itu, agar paragraf memiliki fungsi
startegis, berikut kegunaan paragraf, yaitu; (1) dapat mengekspresikan gagasan
secara tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu kesatuan, kemudian
(2) dapat menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa
paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran, (3) paragraf juga memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi
pembacanya, dan (4) memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam
satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, serta (5) dapat memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan
yang terdiri atas beberapa variabel.[6]
Karangan yang terdiri dari beberapa
paragraf, masing-masing berisi pikiran-pikiran utama dan diikuti oleh
sub-subpikiran penjelas, sebuah paragraf belum cukup untuk mewujudkan
keseluruhan karangan. Meskipun begitu, sebuah paragraf merupakan satu sajian informasi
yang utuh. Adakalanya sebuah paragraf terdiri hanya satu paragraf karena
karangan itu hanya berisi satu pikiran. Untuk mewujudkan suatu kesatuan
pikiran, sebuah paragraf yang terdiri dari
satu pikiran utama dan beberapa pikiran pengembang dapat dipolakan
sebagai berikut; pikiran utama, beberapa pikiran pengembang, pikiran penjelas
atau pikiran pendukung.[7] Pikiran-pikiran pengembang dapat
dibedakan kedudukannya sebagai pikiran pendukung dan pikiranpenjelas.
Sebuah
pikiran utama akan dikembangkan dengan beberapa pikiran pendukung, dan tiap
pikiran pendukung akan dikembangkan dengan beberapa pikiran penjelas. Sebuah
paragraf terdiri dari sebuah kalimat utama dan beberapa kalimat pengembang.
Kalimat utama menyampaikan pikiran utama, dan kalimat penjelas menyampaikan
pikiran penjelas. Salah satu cara untuk merangkai kalimat-kalimat yang
membangun paragraf itu ialah menempatkan kalimat utama pada awal paragraf yang
kemudian disusul dengan kalimat-kalimat pengembangnya.[8] Hal tersebut dapat kita lakukan, tentunya,
setelah kita memberikan pengembangan yang memadai, yang kemudian ditutup dengan
kesimpulan.
10.6 Macam-macam Paragraf
Macam paragraf memang banyak ragamnya.
Untuk membedakan antara yang satu dengan lainnya, pembagian macam paragraf
dapat dikelompokkan. Menurut posisi kalimat topiknya, paragraf terdiri atas
empat macam, yaitu; paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf
deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat topik. Menurut sifat isinya,
paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf argumentasi, paragraf
narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi, dan menurut fungsinya dalam
sebuah karangan, paragraf biasanya terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam,
yakni paragraf pembuka, paragraf pengembang, dan paragraf penutup.[9] Karangan atau tulisan minimal dalam
bidang apa pun, hampir selalu memiliki konstruksi tiga paragraf demikian ini.
Dalam konteks surat-menyurat atau korespondensi, prinsip tiga paragraf demikian
ini juga berlaku. Sebuah surat akan dikatakan baik bila memiliki kualifikasi
yang baik pada tiga jenis paragraf seperti yang tekah disebutkan di awal
tersebut. Sebuah karya ilmiah, baik populer maupun akademik yang berlaku
universal itu, juga mengikuti prinsip penjenisan paragraf seperti yang
disampaikan di depan tadi. Esai ilmiah yang ditulis untuk sebuah media massa
mungkin wujudnya seperti kolom, catatan, opini, feature, atau yang lainnya,
juga dipastikan akan setia dengan penjenisan paragraf yang sedemikian tersebut.[10] Jadi, dengan model pembagian seperti
tersebut di atas, sebuah paragraf akan dapat dideteksi, misalnya, sebuah
paragraf dapat saja disebut induktif dari segi posisi kalimat topiknya, disebut
eksposisi dari segi isinya, dan disebut alinea pembuka dari segi fungsinya
dalam karangan.
Macam
paragraf menurut fungsinya dalam sebuah karangan, terdiri atas; (1) paragraf
pembuka yaitu paragraf pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan
menyusul kemudian.[11] Oleh sebab itu, paragraf pembuka harus
dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran
pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya. Salah satu cara untuk
menarik perhatian ini ialah dengan mengutip pernyataan yang memberikan
rangsangan dari para orang terkemuka atau orang yang terkenal. Atau dapat juga
dengan cara memulai tulisan dengan peribahasa atau anekdot, dapat juga dengan
cara membatasi arti dari pokok atau subjek tulisan, dan menunjukkan betapa
pentingnya subjek tulisan, membuat tantangan atas suatu pernyataan atau
pendapat, menciptakan suatu kontras yang menarik, mengungkapkan pengalaman
pribadi baik yang menyenangkan maupun yang pahit, menyatakan maksud dan tujuan
tulisan, memulai tulisan dengan pertanyaan. (2) Paragraf pengembang atau
paragraf penghubung adalah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka
dengan paragraf yang terakhir di dalam bab atau anak bab.[12] Paragraf ini membicarakan pokok penulisan
yang dirancang. Paragraf pengembang mengemukakan inti persoalan yang akan
dikemukakan. Oleh karenanya, antara paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya
harus memperlihatkan hubungan yang serasi dan logis. Paragraf dapat
dikembangkan dengan beragam pola paragraf. Fungsi utama paragraf pengembang
adalah selain untuk mengemukakan inti persoalan sebagaimana yang telah
diungkapkan pada kalimat sebelumnya, juga dapat untuk memberikan ilustrasi atau
contoh, menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya, atau
meringkas paragraf sebelumnya, serta mempersiapkan dasar atau landasan bagi
simpulan.[13] Paragraf juga dapat dikembangkan dengan
cara ekspositoris, atau dengan cara deskriptif, dengan cara naratif, atau
dengan cara argumentatif. (3) Paragraf penutup merupakan paragraf yang terdapat
pada akhir karangan atau pada akhir satu kesatuan yang lebih kecil di dalam
karangan itu. Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang
telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.[14] Mengingat paragraf penutup dimaksudkan
untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan, penyajiannya diharapkan
memperhatikan hal-hal berikut ini; sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak
boleh terlalu panjang, kemudian, isi paragraf harus berupa simpulan sementara
atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian, dan sebagai bagian
yang paling akhir dibaca, hendaknya paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang
mendalam bagi pembaca.[15] Jadi, karena paragraf penutu hanya
terdapat di akhir sebuah teks, isinya dapat berupa kesimpulan dari paragraf
pengembang atau dapat juga berupa penegasan kembali tentang hal-hal yang
dianggap penting dari paragraf pengembang.
Macam paragraf menurut sifat
isinya/teknik pemaparannya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi, paragraf
argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf eskposisi.
Pembedaan seperti tersebut tentunya bergantung pada maksud penulisnya dan tuntutan
konteks serta sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi
paragraf dengan isi karangan sebenarnya sudah cukup beralasan karena di awal
sudah dinyatakan bahwa pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang
juga. Walaupun karangan yang berbentuk satu alinea merupakan karangan
sederhana, prinsip penulisannya sama dengan karangan kompleks, sama-sama
mempunyai topik, pendahuluan, uraian, dan penutup.[16] Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian
berikut ini;
Paragraf deskripsi merupakan
paragraf yang melukiskan atau memerikan sesuatu. Artinya, paragraf ini
melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata
ruang atau tata letak. Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau
dari kiri ke kanan. Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil
yang tertangkap oleh pancaindra,[17] contoh:
Pasar Tanah
Abang adalah sebuah pasar yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di toko yang
paling depan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai dasar
terdapat toko kain yang lengkap dan berderet-deret. Di samping kanan pasar terdapat warung-warung
kecil penjual sayur dan bahan dapur. Di samping kiri ada pula berjenis-jenis
buah-buahan. Pada bagian belakang, dapat kita temukan berpuluh-puluh pedagang
daging. Belum lagi kita harus melihat lantai satu, dua,
dan tiga.
Paragraf ekspositoris/eksposisi, yaitu yang disebut juga
paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan suatu objek. Peninjauannya tertuju
pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan perkembangan analisis
kronologis/keruangan.[18] Atau singkatnya, ini merupakan paragraf yang memaparkan suatu fakta
atau kejadian tertentu, contoh;
Pasar Tanah
Abang adalah pasar yang kompleks. Di lantai dasar terdapat sembilan puluh kios
penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata terjual tiga ratus meter untuk setiap
kios. Dari data ini dapat diperkirakan berapa besarnya uang yang masuk ke kas
DKI dari Pasar Tanah Abang.
Paragraf argumentasi merupakan paragraf yang membahas
suatu masalah dengan bukti-bukti atau alasan yang mendukung. Paragraf ini
sebenarnya juga dapat dimasukkan ke paragraf ekspositoris, selain itu, paragraf
argumentasi disebut juga paragraf persuasi. Paragraf ini lebih bersifat
membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek. Biasanya,
paragraf ini menggunakan pekembangan analisis.[19], contoh:
Dua tahun
terakhir, terhitung sejak Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha
Airlines celaka, isu pesawat tua mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab
pesawat yang badannya koyak sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari
19 tahun. Oleh karena itu, adalah cukup beralasan jika orang menjadi cemas
terbang dengan pesawat berusia tua. Di Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari
60% pesawat yang beroperasi adalah pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman,
lalu bagaimana cara merawatnya dan berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman
dinaiki?
Paragraf naratif atau karangan naratif /narasi biasanya
dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh karena itu, sebuah karangan narasi atau
paragraf narasi biasanya hanya ditemukan dalam buku harian, novel, cerpen, atau
hikayat.[20] Jadi, paragraf naratif/narasi merupakan paragraf yang menuturkan
peristiwa/keadaan dalam bentuk cerita/kisahan, contoh;
Wandasti Navely
dilahirkan pada hari Sabtu Legi, tanggal 14 Maret 2009, pukul 13.40 WIB di
Klinik Mugi Rahardjo, Kepa Duri, Jakarta Barat. Saat ini usianya sudah tiga
tahun empat bulan. Dia memiliki banyak teman. Dia bersekolah di PAUD Melati
Kemanggisan, Jakarta Barat. Setiap pagi, ketika akan berangkat ke sekolah, dia
selalu diantar oleh ayah dan ibunya. Banyak sekali acara ulang tahun di
sekolahnya itu. Selama bersekolah, Wandasti sudah pergi piknik sebanyak dua
kali. Yang pertama mengunjungi Kolam Renang Marcopollo di Bogor, pada hari
Rabu, 18 April 2012, dan yang kedua ke Ancol, pada hari Rabu, 13 Juni 2012.
Wandasti merupakan nama yang berupa akronim dari “wanita dambaan setiap insan”
dan Navely yang berasal dari bahasa Rusia yaitu nasha vechnaya lyubov yang dalam bahasa Indonesia adalah “cinta
abadi kami”. Ini sebagai tanda bahwa seorang anak merupakan perlambang
keabadian cinta kasih kedua orang tuanya. Sejak usia 18 bulan, Wandasti sudah
memiliki alamat e-mail dan facebook, yaitu wandasti_navely_2009@yahoo.co.id.
Para orang tua siswa di sekolah tersebut ternyata saling berkirim kabar melalui
jejaring sosial tersebut.
Paragraf persuasif/persuasi yaitu alinea yang
mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca.[21]
WAP (Wireless Application Protocol) adalah
aplikasi yang mewujudkan impian mengakses dunia informasi dan layanan terkini
langsung dari ponsel Anda layaknya akses internet. Dengan Ericcson R320S, salah
satu ponsel pertama yang dilengkapi dengan WAP, Anda dengan cepat dapat
mengakses ke pusat data informasi dan layanan melalui situs WAP. Semuanya dapat
dilakukan dari telapak tangan Anda. Dengan dilengkapi fitur-fitur inovatif,
dapat dikatakan ponsel tipis yang memiliki berat 95 gr ini adalah sebuah kantor
di dalam kantong Anda.
Paragraf persuasi banyak dipakai dalam penulisan iklan,
terutama advertorial yang dewasa ini marak mengisi lembaran koran dan majalah.
Paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya digunakan dalam karangan
ilmiah seperti buku, skripsi, disertasi, makalah, dan laporan. Berita di dalam
surat kabar sebagian besar memakai alinea ekpsosisi. Paragraf narasi sering
dipakai dalam karangan fiksi atau nonilmiah seperti novel dan cerpen, termasuk
buku harian. Paragraf narasi tidak dipantang digunakan dalam karangan ilmiah,
misalnya, jika ada bagian karangan yang perlu disajikan dengan gaya bercerita.
10.7 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf yang baik
dibutuhkan kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Untuk itu akan
diuraikan ketiga hal tersebut; (1) Kesatuan, paragraf hanya berisi satu ide
pokok yang dalam pengungkapannya harus didukung oleh kalimat-kalimat, baik
sebagai kalimat utama maupun sebagai kalimat penjelas. Oleh sebab itu, semua
kalimat yang diungkapkan dalam paragraf merupakan jalinan yang membentuk ide
pokok tersebut. Tidak boleh ada satu kalimat yang tidak mendukung ide pokok.[22] Kesatuan di sini juga bukan berarti ia hanya memuat satu hal.
Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau
beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan
untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau tema tunggal. Maksud tunggal itulah
yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf itu.[23] Karena fungsi paragraf untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal,
tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian
dengan maksud tunggal tadi. Contoh
paragraf dengan kesatuan pikiran;
1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. 2) Dengan
kebebasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai dengan
basis kompetensi siswa dan lingkungannya. 3) Kondisi kebebasan tersebut
menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dan siswa
termotivasi untuk berkembang. 4) Siswa belajar dalam suasana gembira, aktif,
kreatif, dan produktif. 5) Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat
melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah dan
lingkungannya. 6) Kreativitasnya menjadi tidak terbendung.
Paragraf (6 – 2) dikembangkan
dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama yaitu
kebebasan berekspresi (kalimat 1).[24] Kalimat ke-2 membahas dampak pikiran pada
kalimat 1 siswa dapat belajar sesuai dengan basis kompetensinya. Kalimat ke-3
siswa belajar penuh gairah sebagai dampak pikiran kalimat ke-2. Kalimat ke-4
berisi siswa menjadi kreatif sebagai dampak pikiran kalimat ke-3. Kalimat ke-5
berisi siswa belajar secara sinergis teori dan praktik sebagai dampak pikiran
kalimat ke-4. Kalimat ke-6 yaitu kreativitas siswa tidak terbendung sebagai
dampak pikiran kalimat ke-5.
Kemudian, (2) kepaduan, bahwa
paragraf bukanlah merupakan kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain tidak
berhubungan. Paragraf dibangun oleh kalimat-kalimat yang saling mendukung satu
sama lain secara timbal balik. Agar hubungan tampak mesra dan kompak,
kalimat-kalimat harus dipadukan/disetailkan. Jadi, kepaduan menitikberatkan
pada hubungan antara kalimat yang satu dengan lainnya.[25] Maka, kepaduan tersebut diwujudkan dalam
pertautan antarkalimat yang dikenal dengan sebutan paragraf. Istilah lain dari
kepaduan paragraf adalah koherensi. Kepaduan yang baik apabila kalimat-kalimat
yang membina paragraf tersebut baik dan wajar, sehingga mudah dipahami pembaca.
Pembaca dapat dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis. Jadi, perpautan
(koherensi) membuat karangan terpadu, konsisten, dan terpahami. Perpautan
tersebut akan dapat dicapai bila ada jalinan dan ada peralihan yang jelas di
antara kalimat dan perenggangan.[26]
Namun, ada pula kejadian yang berbeda dari perpautan, yang satu mengenai
hubungan antarkalimat menurut nalar, sedangkan yang lainnya menyangkut
pengungkapan hubungan itu secara verbal.
Banyak orang Wionogiri pergi ke Jakarta (karena) kota itu disangka orang
tempat yang dengan mudah menyediakan mata pencaharian. (Tetapi), kenyataannya
tidak seperti yang diimpikan orang.
Kepaduan paragraf dapat
terjalin jika menggunakan repetisi, kata ganti, dan kata transisi.[27] Berikut adalah contoh paragraf yang
memiliki kepaduan dengan menggunakan repetisi;
Pada dasarnya, paru-paru
membersihkan dirinya sendiri secara teratur untuk menjaga agar pernafasan tetap
berlangsung efisien. Dalam hal ini dinding paru-paru
dilapisi oleh sel lendir yang berfungsi menangkap zat-zat asing yang terhirup
maupun virus, yang kemudian oleh bulu-bulu halus zat-zat tersebut didorong
keluar oleh paru-paru. Di sini batuk
berperan membersihkan paru-paru dari
zat-zat tidak diperlukan tersebut, sehingga merupakan mekanisme perlindungan.
Berikutnya, (3) kelengkapan
paragraf, bahwa paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik atau kalimat utama. Namun,
sebaliknya, suatu paragraf dikatakan tidak lengkap jika tidak dikembangkan atau
hanya diperluas dengan pengulangan-pengulangan.[28]
10.8 Letak
Kalimat Utama
Untuk memenuhi syarat kesatuan, sebuah
paragraf hanya memiliki satu ide pokok. Ide pokok tersebut diwujudkan dalam
bentuk kalimat utama. Sebuah paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya
digolongkan menjadi (1) paragraf deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf
campuran, dan (4) paragraf deskriptif/naratif. [29] Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut;
Paragraf deduksi dimulai
dengan pernyataan tentang kalimat pokok berupa kesimpulan, kemudian disusul
dengan sejumlah rincian yang menjelaskan/mendukung kesimpulan tersebut,[30] atau dengan kata lain dari pernyataan
yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus, contoh;
Kosakata memegang peranan
dan merupakan unsur yang paling mendasar dalam kemampuan berbahasa, khususnya
dalam karang-mengarang.
Jumlah kosakata yang dimiliki seseorang akan menjadi petunjuk tentang
pengetahuan seseorang. Di samping itu, jumlah kosakata yang dikuasai seseorang,
juga akan menjadi indikator bahwa orang itu mengetahui sekian banyak konsep.
Semakin banyak data yang dikuasai, semakin banyak pula pengetahuannya. Dengan
demikian seorang penulis akan mudah memilih kata-kata yang tepat/cocok untuk
mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikirannya.
Paragraf induktif merupakan
kebalikan dari paragraf deduktif. Paragraf dimulai dengan kalimat-kalimat
penjelas. Kemudian diikuti oleh kalimat utama. Paragraf ini biasanya bersifat
induktif, dari hal-hal yang bersifat khusus kepada yang bersifat umum,[31] contoh;
Pada waktu anak memasuki dunia pendidikan, pengajaran bahasa Indonesia
secara metodologis dan sistematis bukanlah merupakan halangan baginya untuk
memperluas dan memantapkan bahasa daerahnya. Setelah anak didik meninggalkan
kelas, ia kembali mempergunakan bahasa daerah, baik dalam pergaulan dengan
teman-temannya atau dengan orang tuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa daerah.
Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat atau pun di
antara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap menerobos. Ditambah
lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya pun penutur asli bahasa
daerah itu. Faktor-faktor inilah yang
menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa daerahnya melaju terus dengan
cepat.
Paragraf campuran merupakan
paragraf yang letak kalimat utamanya berkombinasi dengan bagian awal paragraf
(deduksi) dengan bagian akhir paragraf (induksi). Ide pokok mula-mula
dituangkan pada awal paragraf kemudian ditegaskan kembali pada akhir paragraf.
Kalimat utama paragraf campuran berarti ada dua kalimat. Kalimat-kalimat
penjelas terletak pada kalimat kedua hingga menjelang dituangkannya kalimat
utama yang berada pada akhir paragraf,[32] contoh;
Dunia manusia dihadapkan
pada serentetan isi yang amat pelik. Rentetan isu tersebut yakni pengadaan pangan bagi penduduk dunia yang
terus bertambah, masalah kesempatan kerja, masalah pendidikan, dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Masalah-masalah ini akan terus berkembang
seirama dengan perkembangan zaman. Rentetan
isu tersebut muncul di sana-sini, pada waktu dan tempat yang berlainan.
Atau dengan kata lain bahwa
paragraf campuran meletakkan kalimat pokok/kalimat utama di awal paragraf dan
di akhir paragraf. Pengulangan tersebut juga bertujuan untuk menegaskan kembali
kalimat utama/kalimat pokok, [33] contoh;
Peningkatan taraf pendidikan para petani sama
pentingnya dengan usaha peningkatan taraf hidup.
Petani yang berpendidikan cukup dapat mengubah sistem pertanian tradisional,
misalnya bercocok tanam hanya memenuhi kebutuhan pangan, menjadi petani modern
yang produktif. Petani yang berpendidikan cukup, mampu memberikan umpan balik
yang setimpal terhadap gagasan-gagasan yang dilontarkan perencana pembangunan,
baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Itulah sebabnya peningkatan taraf pendidikan para petani dirasakan
sangat mendesak.
Paragraf deskriptif/naratif, yaitu paragraf yang juga
sering disebut dengan paragraf tanpa kalimat topik, yaitu paragraf yang terdiri
dari beberapa kalimat yang kadang-kadang menyajikan pikiran-pikiran yang
setara, tidak ada pikiran yang lebih utama dari lainnya. Paragraf yang demikian
menyajikan kalimat-kalimat yang sama kedudukannya. Paragraf ini tidak memiliki
pikiran utama dan pikiran penjelas, juga tidak memiliki kalimat utama dan
kalimat penjelas. Semua pikiran dan kalimat sama kedudukannya,[34] contoh;
Pukul 07.00 Wandasti Navely sudah berada di kampus. Ia
duduk sejenak di taman kampus sambil tetap menggendong tas kuliahnya. Tidak
terdengar suaranya. Lima menit kemudian, tiga temannya telah datang di tempat
yang sama. Masing-masing membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa buku dan alat
tulisnya. Suasana sunyi. Lima menit kemudian mereka bersuara amat gaduh. Mereka
berdebat amat serius. Entah apa yang mereka perdebatkan. Sepuluh menit kemudian
suasana kembali sunyi. Mereka semuanya membaca dan menulis. Tiga puluh menit
kemudian salah seorang membacakan hasil akhir mereka. Setelah itu, mereka
kembali berdiskusi dan seorang dari mereka membacakan kembali hasil diskusinya.
Terdengar sayup-sayup, mereka berucap alhamdulillah tugas kelompok selesai.
Paragraf di atas tidak menunjukkan adanya kalimat topik.
Namun, keberadaan gagasan utama dapat dirasakan oleh pembaca, yaitu diskusi
tugas kelompok mahasiswa. Paragraf yang tanpa kalimat topik ini biasanya juga
mengungkapkan proses yang disusun berdasarkan urutan waktu. Paragraf ini jarang memiliki kalimat pokok
atau kalimat utama yang bersifat umum,[35] contoh;
Ada saatnya orang menutup
mata dan mencoba meraba-raba jalan dalam kamar hendak mengetahui bagaimana
rasanya menjadi orang buta. Tidak banyak orang yang sanggup meneruskan
eksperimen itu terlalu lama. Perasaan tidak enak muncul dengan tiba-tiba;
dorongan dan kebutuhan yang kuat untuk melihat kembali terasa sangat mendesak
dan dengan membuka matanya, sesuatu yang lebih dari penglihatan pulih kembali,
ia berhubungan dengan dunia.
Paragraf
yang tidak memiliki kalimat utama/kalimat topik, pada hakikatnya, kalimat
utama/kalimat topiknya menyebar di seluruh kalimat yang membangun paragraf
tersebut.
10.9 Pola Pengembangan Paragraf
Pikiran
utama dari sebuah paragraf hanya akan jelas kalau diperinci dengan
pikiran-pikiran penjelas. Tiap pikiran penjelas dapat dituang ke dalam satu
kalimat penjelas atau lebih. Malahan ada juga kemungkinan, dua pikiran penjelas
dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Tetapi sebaliknya sebuah pikiran
penjelas dituang ke dalam sebuah kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf
terdapat satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas.[36] Inilah yang dinamakan kerangka paragraf.
Kerangka paragraf dapat dikembangkan menjadi sebuah paragraf. Contoh kerangka
paragraf;
Pikiran utama :
Keindahan alam yang mengecewakan
Pikiran penjelas :
- Manusia telah mengubah segala-galanya
-
Hutan, sawah, dan ladang
tergusur
-
Pohon sudah tidak ada
-
Pagar bunga telah berganti
-
Pembangunan gedung-gedung mewah
Paragraf harus diuraikan dan
dikembangkan oleh para penulis atau pengarang dengan variatif. Sebuah karangan
ilmiah bisa megambil salah satu model pengembangan atau bisa pula
mengombinasikan beberapa model sekaligus.[37]
Pertentangan
Paragraf yang dikembangkan dengan pertentangan,
biasanya kalimat-kalimat yang terdapat dalam paragraf tersebut menggunakan
ungkapan seperti; berbeda dari,
bertentangan dari, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dan bertolak belakang dari. [38]
Alamiah
Pengembangan paragraf secara alamiah didasarkan
pada urutan ruang dan waktu (kronologis). Urutan ruang merupakan urutan yang
akan membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam satu ruang.
Adapun urutan waktu adalah urutan yang menggambarkan urutan terjadinya
peristiwa, perbuatan, atau tindakan.[39]
Analogi
Pengembangan paragraf secara analogi lazimnya
dimulai dari sesuatu yang sifatnya umum, sesuatu yang banyak dikenal oleh
publik, sesuatu yang banyak dipahami kebenarannya oleh orang dengan sesuatu
yang masih baru, sesuatu yang belum banyak dipahami publik.[40]
Klasifikasi
Dalam pengembangan karangan, kadang-kadang kita
mengelompokkan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokkan ini biasanya
diperinci lagi lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. [41]
Sebab-Akibat
Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat
dilakukan jika menerangkan suatu
kejadian, baik dari segi penyebab maupun dari segi akibat. Ungkapan yang
digunakan yaitul; padahal, akibatnya, oleh karena itu, dan karena.[42]
Klimaks-Antiklimaks
Pengembangan paragraf dengan pola klimaks, yaitu
gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan pengembang yang
dianggap paling rendah kedudukannya. Kemudian berangsur-angsur diikuti
gagasan-gagasan lain sampai kepada gagasan yang paling tinggi kedudukannya atau
kepentingannya. Variasi dari pola klimaks adalah antiklimaks. Pada pola ini
penulis mulai dari suatu gagasan atau topik yang dianggap paling tinggi
kedudukannya kemudian perlahan-lahan menurun pada gagasan-gagasan yang lebih
rendah sampai paling rendah.[43]
Komparatif
dan Kontrastif
Sebuah paragraf dalam karangan ilmiah juga dapat
dikembangkan dengan cara diperbandingkan dimensi-dimensi kesamaannya. Kesamaan
itu bisa cirinya, karakternya, tujuannya, bentuknya, dan seterusnya. Nah,
pembandingan yang dilakukan dengan cara mencermati dimensi-dimensi kesamaannya
untuk mengembangkan paragraf yang demikian ini dapat disebut dengan model
pengembangan komparatif. Sebaliknya, perbandingan yang dilakukan dengan cara
mencermati dimensi-dimensi perbedaannya dapat disebut dengan perbandingan
kontrastif.[44]
Contoh-contoh
Dalam karangan ilmiah, contoh dan ilustrasi selalu
ditampilkan. Contoh-contoh terurai, lebih-lebih yang memerlukan penjelasan
rinci tentu harus disusun berbentuk paragraf.[45]
Definisi Luas
Definisi adalah uraian pengertian. Definisi dapat berupa sinonim kata, definisi
formal berupa kalimat, dan definisi luas yaitu uraian pengertian yang
sekurang-kurangnya terdiri dari satu paragraf. Artinya, ada definisi yang lebih
luas yang terdiri dari beberapa paragraf, bahkan lebih panjang lagi, misalnya,
satu bab.[46]
Proses
Sebuah paragraf dikatakan memakai metode proses
apabila isi paragraf menguraikan suatu proses. Proses merupakan suatu urutan
tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Bila
urutan atau tahap-tahap kejadian berlangsung dalam waktu yang berbeda, penulis
harus menyusunnya secara runtut (kronologis). Banyak sekali peristiwa atau
kejadian yang prosesnya berbeda satu sama lainnya. Proses kerja suatu mesin,
misalnya, tentu berbeda sangat jauh dengan proses peristiwa sejarah.[47]
Sudut Pandang
Yang dimaksud dengan sudut pandang adalah tempat dari mana seorang
penulis melihat sesuatu. Bagaimana seorang penulis mengambil suatu posisi
tertentu. Bisa pula bagaimana tanggapan atau tanggapan penulis terhadap subjek
yang tengah ditulisnya.[48]
10.10 Ringkasan
Paragraf merupakan seperangkat
kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam
paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam
membentuk gagasan atau topik tersebut. Kegunaan paragraf, yaitu; (1) dapat
mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan
perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam satu
kesatuan, kemudian (2) dapat menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang
terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran, (3) paragraf
juga memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman
bagi pembacanya, dan (4) memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam
satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil, serta (5) dapat memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan
yang terdiri atas beberapa variabel.
Macam paragraf menurut posisi
kalimat topiknya, paragraf terdiri atas empat macam, yaitu; paragraf deduktif,
paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, dan paragraf penuh kalimat
topik. Menurut sifat isinya, paragraf dibedakan atas paragraf persuasi,
paragraf argumentasi, paragraf narasi, paragraf deskripsi, dan paragraf
eskposisi, dan menurut fungsinya dalam sebuah karangan, paragraf biasanya
terbagi dalam tiga jenis atau tiga macam, yakni paragraf pembuka, paragraf
pengembang, dan paragraf penutup. Untuk dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf
yang baik dibutuhkan kesatuan, kepaduan, termasuk kelengkaan paragraf. Sebuah
paragraf berdasarkan letak kalimat utamanya digolongkan menjadi (1) paragraf
deduktif, (2) paragraf induktif, (3) paragraf campuran, dan (4) paragraf
deskriptif/naratif.
Pola pengembangan paragraf
terdiri dari (1) pertentangan, (2) alamiah, (3) analogi, (4) klasifikasi, (5)
sebab-akibat, (6) klimaks-antiklimaks, (7) komparatif dan kontrastif, (8) contoh-contoh, (9)
definisi luas, dan (10) proses, serta (11) sudut pandang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar