Kamis, 25 Juni 2015

Motivasi Menjadi Wirausaha Sukses



Pengertian Motivasi Diri
Motivasi Diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi diri kita tanpa memerlu kan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk bertindak. Proses mendapatkan dorongan bertindak ini pada dasarnya sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri yang biasanya terkubur. Setiap orang memiliki keinginan yang merupakan dorongan untuk bertindak, namun seringkali dorongan tersebut melemah karena faktor luar. Melemahnya dorongan ini bisa dilihat dari hilangnya harapan dan ketidak berdayaan.

            Memotivasi diri adalah proses menghilangkan faktor yang melemahkan dorong an kita. Rasa tidak tidak berdaya dihilangkan menjadi pribadi yang lebih percaya diri.  Sementara harapan dimunculkan kembali dengan membangun keyakinan bahwa apa yang diinginkan bisa kita capai. Dengan demikian jika sebuah sumbat motivasi (dalam hal ini ketidak berdayaan dan tanpa harapan) dihilangkan, maka aliran energi dalam tubuh kita bisa mengalir kembali.

            Membangun impian adalah salah satu cara memotivasi diri sendiri. Namun, mem bangun impian bisa tidak berguna jika hambatan-hambatan pada diri sendiri masih ada. Inilah mengapa banyak orang yang tidak mau bermimpi, sebab ada sebuah faktor yang masih belum diselesaikan, yaitu faktor keberdayaan. Jadi, sebaiknya sebelum kita membangun mimpi, kita harus membangin rasa percaya diri terlebih dahulu. Jika tidak, membangun impian bisa percuma. Buat apa mimpi besar jika kita tidak percaya diri untuk mencapainya?

            Impian yang besar tanpa kepercayaan diri seperti mimpi di siang bolong, angan-angan, atau khayalan belaka. Mereka mengatakan ingin, tapi tidak ada tindakan yang terjadi. Hanya ada dua penyebab, harapan meraih mimpi yang tidak ada dan/atau mereka merasa tidak mampu meraih impian tersebut.

            Teori Maslow tentang motivasi secara mutlak menunjukkan perwujudan diri sebagai pemenuhan (pemuasan) kebutuhan yang bercirikan pertumbuhan dan pengembangan individu. Perilaku yang ditimbulkannya dapat dimotivasikan oleh manajer dan diarahkan sebagai subjek-subjek yang berperan. Dorongan yang dirangsang ataupun tidak, harus tumbuh sebagai subjek yang memenuhi kebutuhannya masing-masing yang harus dicapainya dan sekaligus selaku subjek yang mencapai hasil untuk sasaran-sasaran organisasi.
            Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
            Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga.
            Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
            Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
  1. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu   yang akan datang
  2. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya
  3. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
Maslow menggambarkan manusia yang sudah mengaktualisasikan diri sebagai orang yang sudah terpenuhi semua kebutuhannya dan melakukan apapun yang bisa mereka lakukan, dengan mengidentifikasikan 15 ciri orang yang telah mengaktualisasikan diri sebagai berikut:
1. Memiliki persepsi akurat tentang realitas.
2. Menikmati pengalaman baru.
3. Memiliki kecenderungan untuk mencapai pengalaman puncak.
4. Memiliki standar moral yang jelas.
5. Memiliki selera humor.
6. Merasa bersaudara dengan semua manusia.
7. Memiliki hubungan pertemanan yang erat.
8. demokratis dalam menerima orang lain.
9. Membutuhkan privasi.
10. Bebas dari budaya dan lingkungan.
11. Kreatif.
12. Spontan.
13. Lebih berpusat pada permasalahan, bukan pada diri sendiri.
14. Mengakui sifat dasar manusia.
15. Tidak selalu ingin menyamakan diri dengan orang lain.
Agar menjadi orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak selalu dengan menampil kan semua cirri tersebut. Dan tidak hanya orang yang sudah mengaktualisasikan diri yang menampilakan cirri-ciri tersebut. Namun, orang-orang yang menurut Maslow adalah orang yang mengaktualisasikan diri umumnya lebih sering menampilkan cirri-ciri tersebut dibandingkan kebanyakan dari kita. Sebagian besar dari lima belas cirri tersebut sudah jelas dengan sendirinya, tetapi kita mungkin bertanya-tanya tentangt pengalaman puncak (experience peak). Maslow mendefinisikan pengalaman puncak sebagai saat-saat tatkala dunia tampak utuh dan orang itu merasa selaras dengannya. Pengalaman puncak selalu melekat dalam diri kita dan mengubah persepsi kita mengenai dunia agar menjadi lebih baik lagi.
Bagi sebagian orang, pengalaman puncak diasosiasikan dengan agama, tetapi bisa juga tercetus melalui seni, musik, dan momen-momen yang memerlukan pengambilan resiko. Maslow tidak menyamakan aktualisasi diri dengan kesempurnaan. Orang-orang yang bisa mengaktualisasikan diri pada dasarnya hanya memenuhi potensi dirinya sendiri. Dengan demikian, seseorang bisa saja menjadi tolol, boros, sombong dan tidak sopan sekaligus, tetapi masih tetap bisa mengaktualisasikan dirinya. Orang yang mampu mencapai aktualisasi diri hanya kurang dari satu persen, sebab tidak banyak dari kita yang bisa memenuhi semua kebutuhan yang lebih rendah dalam hierarki.
Motivasi Bisnis
FX. Lombardi: Anda harus melakukannya dengan tanpa bicara. Anda harus memiliki semangat atas apa yang anda kerjakan.
Sebagai seorang enterpreneur, anda akan bekerja dalam waktu lama mungkin enam, atau tujuh hari seminggu. Jika anda terjun ke dunia bisnis untuk mendapatkan uang dengan cepat, anda akan segera tersingkir. Sejauh ini keinginan untuk mendapatkan uang hanya boleh sebagai pendorong Anda.
Memulai sebuah bisnis merupakan sebuah pekerjaan yang tidak kredibel dan sangat membosankan. Pastikan anda menikmati apa yang anda kerjakan.
Setiap Perubahan Membutuhkan Waktu, Tak Terkecuali di Bisnis
Apakah anda ingin mengubah suatu kebiasaan, mengubah penampilan atau mengubah penghasilan anda? Atau anda menginginkan orang lain berubah seperti pasangan anda, anak-anak anda atau pegawai anda mungkin?
Namun kadang kala betapapun besarnya keinginan anda untuk berubah, betapapun kerasnya anda berusaha, anda tetap tidak bisa melakukannya. Apakah hal itu juga sering terjadi pada anda? Jika ya, simak ulasan Rhonda Abrams berikut ini.
Perubahan ke arah yang lebih baik adalah sebuah hal yang sangat kita inginkan. Itu lumrah. Namun sering kali kita merasa takut akan hal tersebut. Anda tahu penyebabnya? Karena kita ingin perubahan tersebut terjadi dengan cepat.
Contohnya adalah melakukan diet yang sangat ketat agar berat badan turun drastis dalam waktu sekejap atau menginginkan hasil yang besar dari bisnis yang baru saja dibangun. Padahal kita hidup bukannya seperti film doraemon, dimana segala sesuatunya dapat kita peroleh dari kantong ajaibnya.
Perubahan bisnis bukanlah hasil langsung atau suatu tujuan. Perubahan bisnis adalah sebuah proses yang panjang. Perubahan bisnis adalah sebuah perjalanan. Dan tahap paling sulit dari perubahan bisnis adalah saat anda berada di tengah-tengah cara yang baru tetapi anda belum sepenuhnya terlepas dari cara yang lama.
Para ahli mengatakan bahwa setidaknya perlu waktu satu tahun agar anda terbiasa dengan sebuah perubahan. Dan itu juga termasuk mengubah bisnis. Jadi, bersabarlah. Perubahan memang membutuhkan waktu. Jika anda ingin berubah, resep yang paling ampuh agar anda tidak gagal hanya satu : anda harus mampu bertahan dan melewati tahap-tahapnya. Tahap tersebut adalah :
  1. Merenungkan
    Anda mulai berpikir tentang tujuan-tujuan anda, yang saat itu masih tampak tidak mungkin tercapai.
  2. Mengerangkai kembali
    Anda mulai berkata, “Ini bisa dilaksanakan, saya bisa melakukannya.”
  3. Merencanakan
    Anda mengubah keinginan tadi menjadi rencana dalam tindakan-tindakan yang spesifik dan realistis.
  4. Melaksanakan
    Anda membuat komitmen nyata terhadap tujuan dan rencana anda.
  5. Mencoba dan gagal
    Anda mulai melakukan perubahan, tetapi Anda tidak konsisten, anda kembali lagi ke pola lama.
  6. Melaksanakan kembali
    Anda mengingatkan diri anda sendiri tentang tujuan, rencana dan keyakinan anda bahwa anda bisa berhasil. anda mulai lagi.
  7. Kebiasaan
    Anda mengubah perilaku anda secara konsisten.
Sekali lagi, anda hanya perlu bertahan untuk terus berusaha melewati 7 tahapan di atas. Garis bawahilah selalu bahwa nasehat bisnis di atas bahwa perubahan bisnis bukanlah hasil langsung atau sebuah tujuan. Perubahan bisnis adalah proses. Sukses selalu untuk anda
Jika Anda Takut Memulai Usaha
Ketakutan dalam berbisnis pada hampir semua orang jika mereka ingin memulai usaha, ”tidak berbakat”. Sekarang menurut anda, apakah seseorang dilahirkan sebagai seorang entrepreneur atau mereka dididik untuk menjadi seorang entrepreneur?
Kalau anda cermati, menanyakan apakah seseorang dilahirkan sebagai entrepreneur atau dididik untuk menjadi entrerepneur adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Akan sama halnya jika ada yang menanyakan apakah seseorang dilahirkan sebagai karyawan atau dididik untuk menjadi karyawan.
Atau ada yang tiba-tiba bertanya kepada anda, apakah menjadi karyawan adalah bakat? Bagaimana reaksi anda jika ditanya dengan pertanyaan seperti itu? Pasti anda akan merasa aneh kan?
Orang itu bisa dididik. Mereka bisa dididik untuk menjadi seorang karyawan atau seorang entrepreneur. Memang untuk memulai bisnis, bakat itu mempercepat seseorang untuk sukses.
Saya tidak menyangkal hal tersebut. Tapi kesuksesan itu lebih ditentukan oleh kerja keras. Kesuksesan itu 99% kerja keras, 1% bakat. Hal itu berlaku juga dalam memulai usaha. Seandainyapun memang ada yang berbakat untuk bisnis, bukan berarti bisnis dan investasi itu tidak bisa dipelajari.
Bakat bisa membuat seseorang hebat. Tapi kerja keras dan kerja cerdas bisa membuat seseorang menjadi bagus. Penyebab ada lebih banyak karyawan daripada entrepreneur adalah semata-mata karena sekolah kita mendidik generasi muda untuk menjadi karyawan. Mereka tidak dididik untuk memulai usaha.
Itulah sebabnya, begitu banyak orang tua yang berkata kepada anak-anaknya, ”Pergilah bersekolah supaya kamu kelak mendapat pekerjaan bagus”. Betul demikian? Pernahkah anda mendengar ada orang tua berkata kepada anaknya, ”Pergilah bersekolah supaya kamu menjadi seorang entrepreneur”? Jarang sekali, bahkan tidak ada!
Satu lagi ketakutan jika orang mau terjun memulai usaha baru,takut gagal. Takut nanti bisnis baru-nya hancur lebur. Padahal,penyebab kegagalan bisnis itu bisa dipelajari. Kalau anda tahu besok takdir anda adalah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, apa yang akan anda lakukan? Pasti anda akan tidur-tiduran di sofa yang empuk. Tidak cepat-cepat untuk memulai bisnis.
Mengapa? Karena anda tahu bahwa anda pasti akan sukses. Begitu juga sebaliknya, jika anda tahu bahwa besok anda tidak akan menjadi entrepreneur yang sukses, apa yang anda lakukan?
Pasti anda akan tidur-tiduran, karena anda tahu bahwa takdir anda adalah seorang wirausahawan yang gagal. Gagal dalam memulai usaha. Itulah sebenarnya hikmah tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita. Supaya kita terus berusaha, tidak putus asa dan patah semangat.
Yang penting adalah jalani proses-nya. Berpikirlah positif selalu. Jangan takut gagal. Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua ada harganya. Bersabarlah dan fokus. Tidak pernah ada atlet sepakbola yang tiba-tiba sukses. Mereka perlu berlatih berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Sampai saat ini saya juga masih mengalami banyak kegagalan. Tapi saya terus bangkit dan berusaha memperbaiki kesalahan bisnis. Setiap kali kita jatuh, terutama disaat awal kita memulai bisnis sendiri, Jangan pernah terlintas di benak kita bahwa kita tidak berbakat. Anda juga tidak berpikir saya tidak berbakat menjadi pengusaha suskes khan?
Membangun jaringan bisnis
Kunci utama keberhasilan dalam membangun jaringan adalah mengetahui persis jaringan seperti apa yang hendak kita bangun. Kita harus memulainya dengan menemukan maksud atau misi kehidupan kita. Seperti yang dikatakan penulis Henry Miller, “Destiny is what you are supposed to do in life. Fate is what kicks you in the ass to make you do it.” Tidak mungkin seseorang memulai suatu usaha dalam hidup ini tanpa mengetahui arah mana yang akan ditujunya.
Tidak ada keberhasilan yang bisa dicapai tanpa tujuan yang jelas. Berdasarkan survei, 27% dari semua orang di dunia ini sama sekali tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Enam puluh persen (60%) dari mereka mempunyai tujuan yang agak samar-samar, 10% dari mereka mempunyai tujuan yang jelas. Sisanya, 3% dari mereka bahkan menuliskan tujuan mereka. Orang yang menuliskan tujuan hidupnya tersebut sekarang memiliki hidup yang jauh lebih baik, penghasilan ribuan kali lebih besar dari yang lainnya.
Untuk berhasil dalam kehidupan, kita perlu bantuan orang-orang di sekeliling kita.
Dengan kata lain, sukses selalu merupakan suatu dari usaha tim. Sayangnya, kita sering melupakan hal ini dan lalai memelihara kontak profesional kita. Kita mengisolasi diri dan terlalu sedikit menghabiskan waktu untuk memelihara persahabatan.
Sesungguhnya, semakin jauh kita maju dalam perjalanan menuju sukses, kita akan semakin menyadari bahwa yang membuat kita sukses bukanlah uang, gagasan atau antusiasme semata, melainkan orang lain. Kontak, uang, gagasan, dan antusiasme memang penting dan harus ada, tetapi semua itu tidak cukup kalau kita tidak mempunyai orang yang dapat kita andalkan.
Belajarlah menyukai orang. Siapa pun yang tidak dapat membangun kerja sama dan persahabatan dengan orang lain tidak akan pernah mencapai sukses. Berikut kata Lee Iacocca, bos Chrysler, tentang hal ini:
“Saya telah bertemu dengan orang yang jauh lebih pintar daripada saya dan jauh lebih tahu tentang mobil. Tetapi mereka itu telah hilang entah ke mana. Mengapa? Ada satu kalimat yang saya benci pada evaluasi seorang eksekutif, tak peduli betapa berbakatnya dia itu. Kalimat itu adalah sebagai berikut: “Ia tidak gampang bergaul dengan orang lain.” Bagi saya keterangan itu merupakan lonceng kematian. Karena ia dalam kesulitan besar, sebab hanya itulah yang kami punyai di sini. Tidak ada anjing, tidak ada kera – hanya orang. Dan kalau ia tidak bisa bergaul dengan teman bekerjanya, apa gunanya ia bagi perusahaan? Sebagai eksekutif fungsinya adalah untuk memotivasi orang lain. Kalau ia tidak dapat melakukan itu, ia berada di tempat yang tidak semestinya.

Seni Membangun Jaringan
Membangun jaringan adalah suatu seni karena tidak ada rumusan pasti tentang cara membangunnya. Jaringan bukan hanya sekedar kumpulan daftar nama atau urutan abjad dari relasi kita.
Kita bisa mengumpamakan jaringan seperti sebuah taman bunga yang penuh dengan aneka jenis tanaman. Keindahan dan kesuburannya tergantung pada kita sendiri sebagai tukang kebun. Sebagai tukan kebun, kita harus merancang landscape-nya dan menentukan komposisi tanaman di dalamnya. Kemudian, kita juga harus memelihara dan merawat setiap tanaman agar tumbuh subur dan berbuah pada masanya dengan penuh kasih dan kepedulian. Beberapa tanaman mungkin perlu disiram, yang lainnya perlu dipupuk, atau sebagian lain perlu dipangkas atau bahkan dicabut agar tidak merusak tanaman lainnya.
Bila kita tidak merawatnya, taman kita menjadi penuh dengan semak belukar. Taman tidak bisa menghasilkan bunga-bunga indah atau buah-buahan segar. Taman tidak berkembang dan tanaman tidak tumbuh dengan subur. Memang seperti itulah jaringan kehidupan yang kita miliki. Jika kita mengembangkan dan merawatnya, suatu saat kita akan menikmati hasilnya pada kehidupan kita selanjutnya.
Untuk mempermudah pemahaman, saya akan menceritakan kisah teman saya, bernama Andi. Andi seorang yang sangat supel dan ramah. Ia selalu menjadi pusat perhatian dalam setiap pesta atau pertemuan.
Ia dapat membangun jaringan dengan mudah karena ia dapat dengan mudah mengenal setiap orang. Ia seperti seorang tukang kebun yang mudah memperoleh bibit tanaman baru dan menanamnya dalam taman kehidupan.
Tetapi, apakah ia benar-benar pembangun jaringan yang ulung? Ternyata Andi mudah melupakan kenalan atau teman barunya.
Ia tidak pernah memelihara dan merawat relasi yang telah dibangunnya. Relasinya hanyalah seorang teman di kala senang. Andi terus mengembangkan jaringannya tanpa mau memelihara dan merawatnya.
Apa yang terjadi kemudian? Suatu saat Andi mengalami kejatuhan dalam bisnisnya. Ia terjebak utang yang cukup besar sehingga bisnisnya rontok. Dalam keadaan seperti ini ternyata semua kenalan dalam tumpukan kartu namanya tidak ada yang cukup merasa mengenal Andi.
Inilah seni membangun jaringan. Kita perlu memiliki komitmen dan kegigihan untuk selalu mengembangkan sekaligus merawat dan memelihara jaringan kehidupan kita. Ingat bahwa jaringan adalah kumpulan pribadi-pribadi unik dan masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Pribadi-pribadi ini adalah kehidupan yang dinamis bahkan terkadang rapuh. Kita harus dapat menangani setiap pribadi dalam jaringan kita secara khusus bahkan seakan-akan kehidupan kita suatu saat nanti tergantung padanya.
Untuk menjadi pembangun jaringan yang handal kita tidak memerlukan bakat. Bagaimana jika saya seorang yang pemalu, introvert, bahkan terkesan sombong (untuk menutupi kelemahan saya yang memang tidak bisa bergaul). Bagaimana jika di setiap pertemuan atau pesta saya tidak bisa bergabung akrab dengan sesama saya?
Dalam pertemuan atau pesta, saya lebih suka menyendiri, mengamati mereka yang bergerombol dan saling berbagi cerita. Saya selalu merasa kesepian. Saya menciptakan “gua khayalan” yang membentengi saya dalam keramaian pesta.
Untuk membangun jaringan kehidupan, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah kita harus mau “keluar dan bergerak” dari zona kenyamanan kita. Kita jangan menjadi orang kaku. Kita tidak harus menjadi bintang dalam suatu pesta atau dalam lingkungan kerja kita. Cobalah berkomunikasi. Jumpai dan bicaralah dengan satu orang siapa saja setiap hari. Berbagi ceritalah tentang kehidupan kita dan jadilah pendengar yang baik.
Kelompok Network 21 dalam jaringan bisnis AMWAY mengembangkan teknik yang disebut Prospekting. Tujuannya adalah untuk menemukan rekan bisnis yang prospektif untuk mengembangkan dan membangun jaringan bisnis mereka. Tetapi, cara atau teknik yang dipergunakan sangatlah sederhana dan mudah dilakukan.
Para distributor dalam Network 21 menyebut diri mereka sebagai seorang network builder – para pembangun jaringan. Namun, yang terpenting dalam perkembangan selanjutnya adalah bagaimana membangun hubungan orang-orang yang ada di dalam jaringan kita. Saya lebih senang menggunakan istilah network developer, yang berarti kita bertanggung jawab juga untuk mengembangkan kualitas Jaringan kita dengan membangun dan memberdayakan orang lain.
Inti dari teknik membangun Jaringan adalah dengan terus mengembangkan daftar nama. Tentu saja daftar pertama adalah nama orang-orang yang kita kenal. Untuk selanjutnya, yang lebih penting adalah daftar nama orang-orang yang belum kita kenal. Daftar ini harus senantiasa bertambah setiap saat. Misi kita dalam hidup ini adalah menambah daftar nama orang-orang baru dalam kehidupan kita. Ini bisa kita lakukan dengan bergabung dalam berbagai kegiatan sosial, perkumpulan atau organisasi sosial, klub olahraga atau seni. Kembangkanlah hobi kita bersama orang lain. Kita juga bisa bergabung dengan kursus-kursus. Selain untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, tempat-tempat seperti ini sangat efektif untuk meluaskan jaringan dan menambah daftar nama kita.

Hal terpenting lainnya adalah reaching out yang terdiri atas beberapa langkah, seperti:
• Menyapa (dengan senyum, ramah dan tulus) setiap orang yang berada dalam jarak kurang dari 1 meter dengan kita (di bis, kereta api, pesawat udara, atau dalam lift, dan lain-lain)
• Menyebarkan kartu nama ke setiap orang yang baru Anda kenal,
• Hadiri setiap undangan pesta atau pertemuan apa saja (bahkan melayat orang meninggal atau menjenguk orang sakit).
• Berkenalanlah. Hal yang terburuk yang dapat terjadi adalah orang tersebut tidak merespon Anda (dan biasanya ini sangat jarang terjadi). Kalau Anda tulus mengajak berkenalan tanpa bermaksud mencari keuntungan atau seakan memanfaatkan dia, setiap orang akan membalas sapaan tulus yang Anda berikan.
• Prospekting harus dilakukan setiap saat. Kita harus mengulang-ulang proses ini sampai kita mahir dan menjadilan hal tersebut sebagai kebiasaan baru). Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam membangun jaringan. Menurut pengalaman mereka yang sukses, untuk menjadi sukses kita harus bergaul dengan mereka yang sukses. Charles-Albert Poissant dalam bukunya yang berjudul Rahasia Keberhasilan 10 Jutawan Terkemuka Dunia memberikan kesimpulan bahwa untuk menjadi seperti para jutawan terkemuka, kita harus mengembangkan jaringan karena jaringan akan membantu kita menaiki jenjang sukses lebih cepat daripada yang kita bayangkan. Walaupun begitu, kita hendaklah berhati-hati dalam memilih teman, terutama yang ada hubungannya dengan bisnis. Hindarilah orang-orang yang selalu gagal, manipulator (selalu bersiasat dengan manuver yang tidak beres untuk mencari keuntungan sendiri atau menipu), dan orang yang selalu berpikiran picik.
Hindarilah mereka yang selalu pesimis dan berpikiran negatif.
Dengan bersekutu dengan orang yang selalu berhasil peluang berhasil kita menjadi jauh lebih besar. Oleh karena itu, kalau kita ingin maju, bergabunglah dengan orang yang berpandangan jauh ke depan (visioner).
Bangunlah kelompok Anda sendiri. Pilihlah orang yang terpercaya, lebih baik teman-teman Anda, terutama orang-orang yang bersikap mental positif. Ini mutlak. Orang yang cepat menyerah kalah akan merugikan seluruh kelompok. Poissant selanjutnya menganjurkan untuk membuat kelompok sebanyak tiga atau empat orang. Suatu kelompok yang menjadi “otak kolektif” Anda. Mereka harus mempunyai cita-cita yang sama (misalnya menjadi kaya).
Adakan pertemuan secara tetap, lebih baik pada waktu-waktu yang sudah ditentukan sebelumnya. Tentukan topik tertentu. Jangan pendam ide-ide Anda. Biarkan imajinasi Anda bekerja. Mungkin Anda akan heran karena banyaknya gagasan yang muncul dalam pertemuan seperti itu. Sesudah curah pendapat (brainstorming), perhalus gagasan Anda. Cobalah analisis semua implikasi, penerapan, dan kemungkinan konkret. Paparkan rencana Anda. Kritik dan saran yang konstruktif dari orang lain akan membantu Anda menimbang segala pro dan kontra.
Pertemuan seperti itu tidak hanya untuk mencari ide-ide semata, tetapi juga digunakan untuk membicarakan kesulitan dan masalah yang Anda jumpai dalam kehidupan Anda.
Selain itu bicarakan sebuah buku yang telah Anda baca minggu itu. Bicaralah tentang strategi.
Akhirnya dapat saya sampaikan bahwa untuk mengubah kehidupan kita, kita harus berubah dan membangun jaringan kehidupan lebih baik.
Memang, pada awalnya hal ini sulit dan berat karena kita harus keluar dari zona kenyamanan kita terlebih dulu. Tetapi kita harus ingat bahwa kitalah satu-satunya yang dapat mengubah realitas kehidupan kita.

Bagaimana Memelihara Jaringan Kita
Merawat dan memelihara jaringan adalah sama pentingnya dengan membangun atau mengembangkan jaringan.
Harvey Mackay menulis sepuluh daftar teratas untuk tetap berhubungan dengan jaringan kita. Kesepuluh daftar tersebut yaitu:

Manfaatkanlah kalender secara kreatif.
1. Ingat peristiwa-peristiwa penting dalam komunitas kita.
2. Amatilah perubahan-perubahan yang terjadi pada pribadi/organisasi /perusahaan pada jaringan kita.
3. Kirimlah telegram, fax, atau e-mail.
4. Kliping peristiwa penting yang terjadi pada jaringan kita.
5. Manfaatkan tempat singgah kita secara konstruktif.
6. Jadilah perantara yang mampu menangani komunikasi di antara pihak yang sedang bertikai.
7. Telepon mereka sewaktu mereka ditimpa kemalangan.
8. Laporkan pada jaringan kita perubahan besar dalam situasi kita.
9. Hadirilah setiap undangan.
Pada dasarnya ada dua cara untuk tetap memelihara dan merawat jaringan kita, yaitu cara proaktif dan cara positif-reaktif. Cara proaktif berarti kita secara rutin dan terus menerus memelihara dan berusaha menghubungi jaringan kita secara kreatif. Sedangkan cara positif-reaktif berarti kita selalu merespo
n atau menanggapi secara positif dan melakukan kontak kepada jaringan atas berbagai peristiwa penting atau perubahan situasi yang dialami oleh jaringan kita.
Kita bisa menganalogi kedua cara ini dengan teknik memukul bola swing dalam permainan golf. Proaktif mirip ketika kita melakukan backswing dan positif-reaktif mirip ketika kita melakukan forward swing. Forward swing lebih merupakan gerakan lanjutan dari backswing. Jadi, kita harus proaktif terlebih dahulu untuk dapat melakukan positif-reaktif dalam memelihara dan merawat jaringan kita. Kedua cara tersebut harus dilakukan dalam suatu gerakan yang harmonis.
Untuk berhubungan dengan jaringan kita dapat melakukan dengan berbagai cara, seperti pertemuan face to face (one on one), pertemuan kelompok (pesta, event tertentu, dan lain-lain), melalui telepon, telegram, kartu pos, surat, fax, atau e-mail atau bahkan hanya menitip salam melalui jaringan kita yang lain.
Gunakan berbagai media atau jaringan kita sendiri untuk senantiasa berhubungan dengan seluruh (atau minimal sebagian besar) jaringan kita.
Kita harus membuat target atau jadwal rutin siapa saja yang harus kita hubungi (meskipun kita tidak mempunyai urusan bisnis tertentu dengan mereka) dan berapa sering kita harus mengontak mereka.
Gunakan cara-cara kreatif seperti yang ditulis oleh Harvey Mackay.

Memelihara Jaringan secara Proaktif
Pada dasarnya menjadi tanggung jawab kita untuk selalu memberi perhatian sehingga jaringan kita menyadari bahwa kita masih menjadi relasinya. Kita harus memiliki daftar atau kalender peristiwa penting bagi jaringan kita, seperti hari ulang tahun, ultah pernikahan, atau ultah anaknya, hari-hari besar seperti hari raya keagamaan, dan sebagainya. Cara paling mudah, cepat, dan cukup akrab adalah dengan menggunakan telepon. Buatlah daftar orang-orang yang perlu kita telepon, misalnya minimal 5 orang per hari. Manfaatkan buku telepon secara kreatif.
Hal penting yang harus dijaga dalam cara proaktif adalah seluruh jaringan harus mengetahui setiap perubahan informasi besar yang terjadi pada situasi kita.
Misalnya, pindah alamat, perubahan nomor telepon, perubahan jabatan di kantor, sudah menikah atau belum. Berbagai peristiwa tersebut perlu diketahui oleh jaringan kita sehingga jika kita bertemu dengan mereka suatu saat nanti, mereka merasa nyaman dengan kita.
Cara kreatif lain dalam memelihara jaringan secara proaktif adalah dengan menyiapkan daftar seluruh jaringan yang tinggal di kota yang akan kita kunjungi. Usahakan untuk menghubungi mereka melalui telepon atau menemui mereka jika ada waktu luang.
Kita sering tidak menyadari betapa berharganya memelihara sikap seperti ini sehingga jaringan merasakan adanya perhatian yang tulus dari kita. Sehingga pada saat kita membutuhkan mereka, mereka tidak menganggap bahwa kita hanya menghubungi mereka saat kita membutuhkan mereka saja.

Memelihara Jaringan secara Positif-Reaktif
Intinya adalah kita harus senantiasa mengetahui berbagai peristiwa penting atau perubahan situasi yang dialami oleh jaringan kita. Berbagai informasi penting ini dapat kita peroleh melalui jaringan kita yang lain atau dari yang bersangkutan, dari surat kabar, televisi atau radio (jika jaringan kita pejabat, selebriti, atau public figures lainnya). Amati berbagai peristiwa penting dan perubahan yang terjadi dalam komunitas dalam jaringan kita. Harvey MacKay bahkan menyarankan kita untuk mengkliping setiap peristiwa penting yang terjadi pada jaringan kita.
Kita sebaiknya menunjukkan perhatian kita atas setiap peristiwa penting atau perubahan situasi (baik itu positif atau negatif) yang dihadapi jaringan kita. Salah satu caranya dengan mengirim kartu ucapan selamat, bunga atau parcel, iklan di media massa, telegram, menelpon, atau mengunjungi mereka secara pribadi.
Tunjukkan perhatian bahwa kita peduli dengan peristiwa yang terjadi dalam jaringan kita.
Bahkan kita harus siap membantu dengan tulus dan semampu kita dengan memberikan dukungan moril maupun materiil.
Persahabatan sering kali diuji pada saat kesusahan. A friend in need is a friend indeed, demikian kata pepatah Inggris. Jika kita melakukan kebiasaan cara proaktif maupun positif reaktif secara terus menerus, kita akan memiliki sebuah jaringan taman kehidupan yang indah, subur, dan dapat memberi hasil.











































Daftar Pustaka

Suharyadi, Nurgroho, Arissetyanto, Purwanto S.K, Faturohman, Maman, 2012, Kewirausahaan,, Salemba Empat, Jakarta

Hisrich Robert D; Peters. Michael P; Sheperd. A Dean, Entrepreneurship, Edisi 6, McGrraw Hills, Salemba Empat, 2007

Zimmerer. Thomas W; Scarborough. Norman M, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, Edisi Lima, Pearson Education, Salemba Empat, 2009





Tidak ada komentar:

Posting Komentar